Yerusalem, MINA – Israel memperluas penggalian di sekitar Masjid Al Aqsa di Yerusalem yang diduduki, membentang dari Alun-alun Al-Buraq di barat ke Gerbang Magharba, hingga Gerbang Jaffa (juga dikenal sebagai Bab al-Khalil) di barat laut tembok masjid.
Penggalian dimulai sekitar sembilan bulan yang lalu dan dilakukan dengan pengawasan ketat yang mencegah warga Palestina setempat mengetahui detailnya, lapor Al-Araby Al-Jadeed, Senin (25/8).
Terowongan tersebut, yang panjangnya sekitar 550 meter, mengancam kerusakan situs arkeologi Islam, Kanaan, dan Romawi, karena otoritas Israel berupaya menutupi sejarah daerah tersebut dengan “Museum Alkitab”.
Fakhri Abu Diab, anggota Dewan Pembina Masjid Al-Aqsa, mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa akses ke lokasi penggalian hanya diberikan kepada pegawai Otoritas Purbakala Israel, yang melakukan perjalanan ke lokasi penggalian dengan pengamanan ketat.
Baca Juga: Macron: Membuat Seluruh Rakyat Kelaparan adalah Kejahatan yang Harus Segera Dihentikan
Lokasi penggalian hanya dapat dilihat dari area tinggi karena terhalang tenda-tenda yang menutupi area tersebut.
Perpanjangan terowongan tersebut melewati bawah rumah-rumah dan toko-toko di Yerusalem secara tidak teratur, sehingga menimbulkan ancaman langsung terhadap fondasi sisi barat daya Masjid Al Aqsa. Otoritas pendudukan belum mengeluarkan pengumuman resmi apa pun terkait penggalian ini, dalam upaya untuk menghindari reaksi keras.
Terowongan tersebut melintasi area yang kaya akan sejarah kuno dan memotong Cardo, jalan raya Romawi yang membagi Kota Tua Yerusalem menjadi bagian timur dan barat. Sebagai situs Warisan Dunia UNESCO, area tersebut tidak boleh dirusak, terutama mengingat penduduk asli Palestina masih tinggal di atas tanah di area penggalian terowongan.
Terowongan ini juga dirancang untuk memungkinkan alat berat dan kendaraan pemukim melewati bawah Kota Tua.
Baca Juga: Israel Pertimbangkan Ganti Tempat Perundingan dengan Hamas ke UEA atau Eropa
Tidak seperti terowongan sebelumnya, terowongan baru ini dimulai di dalam Kota Tua dan berakhir di alun-alun Bab al-Khalil, yang dikenal Israel sebagai Alun-alun Mamilla.
Dikhawatirkan penggalian terowongan tersebut akan memengaruhi fondasi Masjid Al Aqsa, yang merupakan salah satu situs tersuci umat Islam. Para ekstremis Yahudi, termasuk anggota pemerintah Israel, berusaha menghancurkan Masjid tersebut dan membangun sebuah kuil Yahudi di tempatnya.
Menurut Lembaga Internasional Al Quds, pada tahun 2025, setidaknya terdapat 64 penggalian dan terowongan yang dilakukan di bawah Masjid Al-Aqsa. Kelompok tersebut memperingatkan “dampak berbahaya bagi stabilitas fondasi Tempat Suci”.
Syekh Ekrima Sabri, mantan Mufti Besar Yerusalem dan saat ini kepala Dewan Islam Tertinggi di Yerusalem, juga mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed serangkaian penggalian telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Laporan PBB: Sistem Pendidikan Gaza Hampir Runtuh Total
Bangunan-bangunan di Yerusalem telah merasakan dampak penggalian, terutama di wilayah Bab al-Silsla dan Bab al-Magharba, dengan beberapa retakan atau sebagian runtuh.
Terowongan baru tersebut membentang di bawah wilayah tempat Dewan Islam Tertinggi berada.
“Kami tidak akan meninggalkan Al Aqsa atau bangunan kami, karena keputusan dan tindakan ini mewakili propaganda, yang digunakan kelompok Zionis untuk memperoleh keuntungan dengan mengorbankan keberadaan warga Yerusalem,” kata Sabri. []
Baca Juga: Lima Jurnalis Gugur di Gaza, RSF Desak DK PBB Bertindak
Mi’raj News Agency (MINA)