Tel Aviv, 29 Ramadhan 1435/27 Juli 2014 (MINA) – Kabinet Keamanan Israel pada Sabtu malam (26/7) menyetujui perpanjangan gencatan senjata di Jalur Gaza empat jam tambahan dari waktu sebelumnya 12 jam.
Saluran TV-10 Israel menyiarkan, perpanjangan diputuskan kurang dari dua jam sebelum batas waktu berakhir gencatan senjata 12 jam, pada pertemuan beberapa Menteri Luar Negeri Eropa di Paris, Sabtu malam, termasuk Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
John Kerry bertemu dengan Menteri Luar Negeri Inggris, Jerman, Italia, Qatar dan Turki, serta perwakilan dari Uni Eropa, untuk menemukan cara-cara penyelesaian perang pada masa jeda gencatan senjata.
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan kepada wartawan dalam jumpa pers, pertemuan menginginkan gencatan sesegera mungkin.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
“Gencatan senjata dapat digunakan untuk memperbaharui pembangunan sosial-ekonomi,” kata Fabius.
Sebelumnya, Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas (Harakah al-Muqawwamah al-Islamiyyah) Khalid Misy’al, mengatakan gerakan itu menginginkan gencatan senjata sesegera mungkin, dan secara paralel diikuti pencabutan blokade atas Jalur Gaza.
Ia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan TV British Broadcasting Corporation (BBC), yang ditayangkan pada Jumat (25/7), bahwa yang terpenting adalah mekanisme pelaksanaan gencatan senjata harus mencakup jaminan dari pembukaan blokade Gaza.
“Gaza adalah merupakan bagian dari wilayah Palestina, dan dihuni sekitar 1,8 juta orang, yang bertahun-tahun harus hidup dalam blokade dari segala penjuru. Kami semua warga Gaza hidup dalam penjara terbesar di dunia,” ujarnya, seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Misy’al juga mengingatkan kepada dunia internasional, bawah warga Gaza ingin memiliki bandara dan pelabuhan, membuka diri terhadap dunia, dan hak memperoleh perawatan kesehatan dan pekerjaan.
Seorang juru bicara Hamas, Mushir al-Masri, mengatakan bahwa kelompoknya mempertimbangkan perpanjangan gencatan senjata bukan berarti mundur dari tuntutannya.
Media Israel Haaretz melaporkan, pemerintah Zionis Israel mengakui, lima tentaranya tewas dan 35 lainnya terluka dalam pada pertempuran Jumat malam (25/6) di dekat perbatasan Jalur.
Lima korban tewas adalah Sersan Guy Boyland dari Ginosar (21), Amit Yeori dari Jerusalem (20), Roy Peles dari Tel Aviv (21), Avraham Grintzvaig dari Petah Tikva (21), dan Gal Bason (21) dari Holon.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Sejak serangan darat diluncurkan media itu menyebutkan, tentara Israel yang tewas dalam serangand arat berjumlah 40 orang (T/R1/P02).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon