Nazareth, MINA – Otoritas Penyiaran Israel (KAN) pada Jumat (17/11) melaporkan, tentara pendudukan sedang mempelajari kemungkinan mengurangi jumlah pasukan cadangan yang dipanggil untuk agresi di Jalur Gaza dan memulangkan pasukannya ke rumah.
Kemungkinan itu terjadi akibat tingginya biaya ekonomi dan kerusakan perekonomian entitas pendudukan sebagai akibat ketidakhadiran tentara di tempat kerja.
Patut dicatat, tentara pendudukan sejauh ini telah memanggil lebih dari 200 ribu tentara dari pasukan cadangan. Biaya langsung untuk pasukan cadangan dari program wajib militer ini sekitar lima miliar shekel per bulan (satu miliar 315 ribu dolar).
Selain itu ada biaya tambahan untuk mengganti kerugian hari kerja bagi tentara cadangan, yang diperkirakan mencapai 1,6 miliar shekel ($421 juta).
Baca Juga: Hamas Kutuk AS yang Memveto Gencatan Senjata di Gaza
Laporan yang dikutip Quds Press itu mengindikasikan kemungkinan untuk mengadopsi fleksibilitas mengenai layanan tentara cadangan yang sedang dipelajari.
Kemungkinan tentara cadangan ini akan kembali ke tempat bekerja untuk jangka waktu yang lama, namun hal ini masih dalam studi, tergantung pada kebutuhan keamanan dan realitas lapangan yang berubah.
Menurut Bank Sentral Israel, perekonomian Israel menderita kerugian senilai 2,3 miliar shekel ($600 juta) per pekannya, karena kekurangan tenaga kerja, yang terkena dampak negatif selama perang.
Senin (13/11) lalu, entitas pendudukan mengumumkan, menurut pernyataan Kementerian Keuangan, telah meminjam sekitar 30 miliar shekel ($7,8 miliar) sejak dimulainya perang di Jalur Gaza, yang dikumpulkan dalam penerbitan di pasar internasional dan lokal.
Baca Juga: Ikut Perang ke Lebanon, Seorang Peneliti Israel Tewas
Agresi Israel terhadap Gaza, yang dimulai setelah pertempuran “Badai Al-Aqsa” pada tanggal 7 Oktober lalu, menyebabkan peningkatan tajam dalam pengeluaran negara pendudukan untuk membiayai tentara, serta pencairan kompensasi kepada perusahaan-perusahaan di dekat perbatasan Gaza, keluarga korban dan tahanan yang ditahan oleh Hamas, sementara pendapatan menurun dan juga penurunan peringkat kredit.
Akibatnya, entitas yang menduduki negara Palestina tersebut mencatat defisit anggaran yang diperkirakan mencapai 22,9 miliar shekel ($6,2 miliar) pada bulan Oktober lalu, dibandingkan dengan 4,6 miliar shekel ($1,2 miliar) pada bulan September, yang menyebabkan peningkatan defisit selama 12 bulan terakhir. 2,6%.
Meskipun otoritas pendudukan memperkirakan biaya harian perang ini adalah sekitar $260 juta, perpanjangan perang ini tanpa adanya solusi akan membuat biaya ini lebih besar dari perkiraan dan akan meningkatkan tekanan pada keuangan publik.
Sebelumnya, perkiraan awal Israel melaporkan, perang yang dilancarkan oleh pendudukan di Jalur Gaza dapat menghabiskan anggaran lebih dari 200 miliar shekel ($51 miliar).
Baca Juga: Palestina Hadapi Musim Dingin, Lazismu Kirimkan Pakaian Hangat
Selama 42 hari berturut-turut, tentara pendudukan Israel melancarkan agresi dahsyat terhadap Gaza, dan pesawat mereka menargetkan gedung-gedung dan rumah-rumah tempat tinggal, menghancurkan bangunan-bangunan tersebut yang ada penghuninya.
Pasukan pendudukan juga menyetop pasokan air, makanan, dan bahan bakar di Jalur Gaza yang menyebabkan kematian lebih dari 11.500 warga Palestina, termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 wanita, serta lebih dari 29.800 orang yang terinfeksi, 70 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, menurut sumber resmi Palestina. (T/B04/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel di Gaza Akibatkan Jutaan Ton Puing Terkontaminasi Zat Berbahaya