Gaza, MINA – Proses pembebasan sandera dan tahanan yang menjadi inti fase pertama kesepakatan gencatan senjata Gaza mulai menunjukkan kemajuan. Otoritas Israel mengonfirmasi telah memindahkan secara besar-besaran tahanan Palestina ke dua lembaga pemasyarakatan utama, sebagai bagian dari persiapan pertukaran yang dinantikan.
Langkah ini menjadi sinyal kuat keseriusan Israel untuk menindaklanjuti kesepakatan yang dimediasi Amerika Serikat (AS).
Media siaran publik Israel, KAN, melaporkan pada Ahad (12/10) bahwa para tahanan yang akan dibebaskan di Gaza atau dideportasi melalui perbatasan Rafah telah dipindahkan ke Penjara Ketziot di Negev, Israel selatan. Sementara tahanan yang akan dilepaskan ke Tepi Barat dipindahkan ke Penjara Ofer, di sebelah barat Ramallah.
Dinas Penjara Israel mengonfirmasi bahwa seluruh operasi pemindahan telah rampung. Harian Yedioth Ahronoth menambahkan, proses tersebut melibatkan ribuan aparat kepolisian penjara yang mengawal puluhan konvoi di bawah pengamanan super ketat.
Baca Juga: Federasi Senam Israel Ajukan Banding atas Penolakan Indonesia
Pembebasan tahanan Palestina diperkirakan berlangsung pada Senin (13/10), seiring pembebasan sejumlah sandera Israel oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Sesuai kesepakatan, sebanyak 2.000 tahanan Palestina akan dibebaskan, termasuk 250 tahanan seumur hidup dan 1.700 tahanan yang ditangkap di Gaza sejak perang pecah pada Oktober 2023. Mereka akan ditukar dengan 48 sandera Israel yang diperkirakan masih ditahan Hamas.
Namun, di tengah persiapan yang intens, Kantor Media Tahanan Palestina yang berafiliasi dengan Hamas membantah telah tercapai konsensus final mengenai daftar tahanan yang akan dilepaskan. Ketidakpastian ini dinilai berpotensi menghambat proses pertukaran yang sangat sensitif tersebut.
Menurut data Israel, terdapat 48 warga Israel yang masih ditahan di Gaza, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Baca Juga: Gaza Bangkit: Ribuan Warga Kembali Memulai Hidup Baru Pasca Gencatan Senjata
Di sisi lain, lebih dari 11.100 warga Palestina kini mendekam di penjara-penjara Israel. Sejumlah laporan dari organisasi hak asasi manusia Palestina dan Israel mengungkapkan kondisi buruk di penjara, termasuk dugaan penyiksaan, kelaparan, dan kelalaian medis yang menyebabkan kematian beberapa tahanan.
Fase pertama gencatan senjata juga mencakup penarikan bertahap pasukan Israel ke garis kuning selama 72 jam, yang mulai diberlakukan sejak Jumat siang.
Sementara itu, fase kedua kesepakatan yang akan dibahas dalam KTT Sharm el-Sheikh disebut jauh lebih kompleks. Tahap ini meliputi pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza tanpa partisipasi Hamas, serta pembentukan pasukan keamanan gabungan dari warga Palestina dan negara-negara Arab serta Islam untuk menjaga stabilitas dan perlucutan senjata kelompok perlawanan.
Kesepakatan gencatan senjata Gaza ini merupakan hasil diplomasi intensif yang dimediasi Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar untuk menghentikan perang yang telah menewaskan hampir 67.700 warga Palestina — sebagian besar perempuan dan anak-anak — sejak Oktober 2023.
Baca Juga: [POPULER MINA] Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Indonesia Tolak Atlet Israel
Konflik berkepanjangan tersebut telah menghancurkan infrastruktur vital Gaza, menjadikannya wilayah yang nyaris tak layak huni, sekaligus menguji komitmen dunia terhadap perdamaian dan kemanusiaan di Timur Tengah. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas: Keteguhan Rakyat di Tepi Barat Perisai Yahudisasi