Brussels, 13 Shafar 1435H/7 Desember 2014M (MINA) – Israel melakukan usaha intensif di Parlemen Uni Eropa untuk menghalangi pengakuan terhadap negara Palestina, yang akan ditentukan melalui pemungutan suara pada 18 Desember mendatang.
Duta Besar Israel untuk Uni Eropa di Brussels, David Walzer menyatakan, ia telah menghubungi anggota-anggota Parlemen Uni Eropa menjelang pemungutan suara tentang pengakuan negara Palestina pada 18 Desember nanti.
Parlemen UE menunda pemberian suara itu dari semula dijadwalkan pada 24 November lalu menjadi 18 Desember yang akan datang, demikian laporan Middle East Monitor (MEMO) diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Terdapat meningkatnya kekhawatiran di fihak Israel karena makin kuatnta suara mendukung negara Palestina di negara-negara Uni Eropa.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Duta Besar Walzer mengatakan, ia terus bekerja keras untuk mencegah pemungutan suara di Parlemen Uni Eropa menghasilkan pengakuan pada negara Palestina.
TV Channel One Israel mengatakan, bahwa kalangan politik di Israel khawatir sekali dengan pengakuan Parlemen Uni Eropa pada negara Palestina.
Sementara itu, surat kabar Israel Haaretz menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang menyebabkan Israel mengalami pengepungan global, karena tindakan-tindakannya yang melanggar hukum internasional, melanggar HAM, menjajah tanah Palestina, terus membangun permukiman-permukiman ilegal, jatuhnya banyak korban jiwa di kalangan Palestina.
Sejumlah fihak di Parlemen Uni Eropa telah menyerukan pengakuan Negara Palestina, termasuk Swedia pada akhir Oktober lalu.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Sebelumnya, Kementerian luar negeri Israel menanggapi maraknya pengakuan pada negara Palestina, menyatakan, pengakuan Uni Eropa atas negara Palestina merusak proses perdamaian.
Negara-negara Uni Eropa telah menyatakan rasa kecewa bahwa Israel terus ekspansi dan membangun perluasan permukiman baru di wilayah Palestina yang diduduki di Tepi Barat, sementara Palestina menginginkan untuk membangun negara yang merdeka. (T/P002/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu