DI TENGAH gejolak Timur Tengah, sebuah ambisi besar kembali mencuat dari Yerusalem: mewujudkan Greater Israel—sebuah negara yang membentang dari Sungai Nil hingga Efrat. Visi ini bukan sekadar nostalgia sejarah, melainkan proyek politik yang kini semakin nyata.
Pada Agustus 2025, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara eksplisit menyatakan dukungannya terhadap visi Greater Israel. Dalam wawancara dengan i24NEWS, ia menjawab tegas, “Absolut.” Pernyataan ini memicu kecaman dari negara-negara Arab dan Islam, yang menilai visi tersebut sebagai ancaman serius terhadap stabilitas regional dan hukum internasional.
Konsep Greater Israel berakar dalam sejarah panjang Zionisme. Setelah Perang Enam Hari 1967, Israel menguasai wilayah-wilayah seperti Tepi Barat, Gaza, dan Dataran Tinggi Golan. Beberapa kelompok ultranasionalis melihat ini sebagai kesempatan untuk mewujudkan visi tersebut, meskipun banyak pihak menilai hal ini tidak realistis secara politik dan demografis.
Pada Juli 2025, Knesset (parlemen Israel) menyetujui resolusi simbolis yang mendukung aneksasi Tepi Barat. Meskipun tidak mengikat, langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mewujudkan ambisi tersebut.
Baca Juga: Transformasi BP Haji Menjadi Kementerian Haji dan Umrah, Antara Harapan dan Kekhawatiran
Bagi Palestina, visi ini berarti hilangnya harapan akan negara merdeka. Aksi-aksi aneksasi dan pembangunan pemukiman ilegal semakin mempersempit ruang gerak mereka. PBB dan organisasi internasional lainnya telah menyatakan bahwa langkah-langkah ini melanggar hukum internasional .
Langkah-langkah Israel menuai kecaman dari berbagai negara. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyebut perang di Gaza sebagai “membunuh” dan mendesak Netanyahu untuk mengejar gencatan senjata dan upaya perdamaian jangka panjang.
Beberapa negara Arab dan Islam menganggap pernyataan Netanyahu sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional dan perdamaian. Mereka menilai bahwa visi Greater Israel bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan stabilitas regional.
Bagi rakyat Palestina, visi ini adalah mimpi buruk yang terus menghantui. Setiap langkah aneksasi dan pembangunan pemukiman ilegal semakin menjauhkan mereka dari harapan akan negara merdeka dan kehidupan yang damai.
Baca Juga: Meneguhkan Janji Kemerdekaan Palestina Dari Sumud Nusantara ke Solidaritas Global
Visi Greater Israel menantang komunitas internasional untuk mengambil sikap tegas. Apakah dunia akan membiarkan ambisi ini menggerus prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia?
Dengan semakin kuatnya dukungan terhadap visi ini di dalam negeri, masa depan kawasan Timur Tengah semakin tidak pasti. Apakah perdamaian masih mungkin tercapai, ataukah mimpi besar ini akan terus menelan negeri-negeri lain?
Visi Greater Israel bukan sekadar impian di siang bolong. Ia adalah proyek politik yang nyata dan sedang dijalankan. Dunia harus menyadari hal ini dan bertindak untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia dihormati.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ziarah ke Masjidil Aqsa Tanda Kedalaman Iman