Nabatiyeh, MINA – Serangan Israel di kota Nabatiyeh, Lebanon selatan, membunuh seorang komandan Hizbullah, dua pejuang dan tujuh warga sipil, kata sumber keamanan pada Kamis (15/2), meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut.
Delapan warga sipil terluka, termasuk seorang bayi yang berhasil ditarik dari reruntuhan. Serangan yang dikutuk secara luas oleh masyarakat Lebanon tersebut, menyebabkan kepanikan di kalangan warga kota tersebut. Arab News melaporkan.
Universitas dan sekolah di Nabatiyeh ditutup pada hari itu, sementara gubernur kota menutup kantor-kantor pemerintah dan bisnis di daerah tersebut.
Perdana Menteri Sementara Najib Mikati, mengatakan: “Keluhan baru yang mendesak akan diajukan ke Dewan Keamanan PBB terhadap Israel. Meskipun kami menyerukan semua pihak untuk berkomitmen melakukan deeskalasi, kami mendapati musuh Israel tetap melakukan agresinya, sehingga mendorong kami untuk mempertanyakan pihak-pihak internasional yang peduli dengan inisiatif yang diambil untuk menahan musuh.”
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza
Nabatiyeh terletak di utara Jalur Litani, di luar wilayah di mana operasi permusuhan antara Hizbullah dan Israel telah berlangsung selama 131 hari.
Militer Israel telah melanggar aturan keterlibatan lebih dari satu kali dan memperluas serangannya ke pinggiran selatan Beirut.
Tim penyelamat dan pertahanan sipil terus mencari orang hilang di bawah reruntuhan gedung tiga lantai yang menjadi sasaran. Mereka berhasil menyelamatkan bayi bernama Hussein Ali Amer, setelah lebih dari empat jam pencarian.
Mereka mengevakuasi lima orang yang meninggal dan memindahkan mereka ke rumah sakit di Nabatiyeh.
Baca Juga: Lavrov: G20 Sambut Baik Perundingan Rusia-AS di Riyadh
Pencarian jenazah istri korban lainnya terus dilanjutkan. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rusia Soroti Perlunya Palestina Merdeka untuk Selesaikan Krisis Gaza