Tel Aviv, 21 Shafar 1435/24 Desember 2013 (MINA) – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengutuk ulah sekutu dekatnya Amerika Serikat (AS) bersama dengan intelijen Inggris memata-matai Perdana Menteri Israel.
Ulah AS dan Inggris itu ketahuan setelah whistle-blower Edward Snowden membeberkan dokumennya seperti yang diberitakan Guardian.
Netanyahu menyebutkan ulah AS tidak bisa diterima dan tidak seharusnya dilakukan di antara kedua sekutu dekat tersebut. “Dalam hubungan dekat antara Israel dan Amerika Serikat, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan yang tidak dapat diterima bagi kami,” kata Netanyahu dalam pertemuan partai Likud di parlemen Israel, Knesset pada Senin (23/12).
Namun, Netanyahu tidak mengatakan apakah Israel akan meminta klarifikasi dari Washington. Netanyahu akhirnya buka suara setelah menghindari pernyataan yang keras di tengah meningkatnya kemarahan pada pertemuan kabinet Israel hari sebelumnya.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Dokumen yang bocor pada Jumat (20/12) oleh mantan pegawai kontrak badan intelijen AS, Edward Snowden mengungkapkan bahwa NSA dan Inggris memata-matai pemimpin Israel pada 2009. Menurut dokumen tersebut, PM Israel saat itu, Ehud Olmert dimata-matai oleh NSA dan GCHQ dengan menyadap lalu lintas surat elektroniknya pada periode Januari 2009.
Bulan berikutnya, penyadapan dilakukan terhadap Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak. Dua kedutaan besar Israel juga masuk dalam daftar yang disadap mata-mata AS dan Inggris. Dalam wawancara telepon, Olmert mengatakan email yang disadap itu dipakai untuk berkomunikasi dalam tugasnya. “Ini tidak mengejutkan,” kata Olmert. (T/P01/P02).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan