Gaza, 16 Rabi’ul Awal 1436/ 16 Desember 2016 (MINA) – Otoritas Pendudukan Israel menolak atau mengabaikan seperempat dari permohonan para pasien kanker asal Gaza untuk memasuki wilayah jajahan Israel melalui Perlintasan Erez guna tujuan perawatan medis di Tepi Barat, Israel atau Yordania.
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip organisasi kemanusiaan B’Tselem Israel, pada Januari hingga Oktober 2016, permohonan izin masuk yang diajukan pasien kanker Gaza baik ditolak atau belum dijawab sebanyak 28 persen dari total aplikasi yakni 2.042 dari 7.267.
WHO juga mencatat banyaknya jumlah pasien yang sudah mendapat izin masuk namun harus menjalani interogasi di Perlintasan Erez. Pada 2014 lalu, sebanyak179 pasien ditahan, tetapi pada tahun ini, jumlah ini telah melesat naik hingga 601 pasien, demikian Middle East Monitor (MEMO) melaporkan dikutip Kantor Berita Islam MINA, Jum’at (16/12).
B’Tselem mencatat bahwa “sejauh mana warga dapat mengembangkan pelayanan medis di Jalur Gaza, atau mendapatkannya di luar Gaza, masih tergantung pada Otoritas Israel.”
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya
“Meskipun pada 2005 semua tentara Israel ditarik dari Jalur Gaza dan memindahkan semua permukiman ilegal di sana, Israel tetap mempertahankan kendali besar atas Gaza, yang berarti Israel mempertahankan tanggung jawab untuk keselamatan dan kesejahteraan semua warga Gaza. Bantuan untuk pasien medis merupakan bagian dari kewajiban hukum dan moral Israel terhadap warga Gaza,” kata B’Tselem dalam keterangan persnya.
Organisasi berbasis di wilayah jajahan Israel itu menambahkan, “selama hampir satu dekade Gaza berada di bawah blokade Israel, mencegah barang dan pergerakan bebas warga dari Gaza. Blokade juga mengakibatkan keruntuhan ekonomi Gaza dan mengisolasi warganya menuju dunia luar. Sistem perawatan kesehatan di Gaza juga terhantam oleh kebijakan ini.” (T/anj/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)