Yerusalem, MINA – Israel telah menunjuk mantan duta besarnya untuk Turki, Eitan Na’eh, sebagai diplomat tertinggi negara itu di Uni Emirat Arab (UEA) dalam persiapan untuk pendirian kedutaan permanen.
Na’eh akan menjadi orang Israel pertama yang memiliki status diplomatik penuh di negara Teluk itu menyusul normalisasi hubungan dengan Israel tahun lalu, MEMO melaporkan, Selasa (5/1).
UEA dan Israel setuju untuk membangun hubungan diplomatik, budaya dan komersial penuh setelah penandatanganan perjanjian kontroversial pada 15 September di Gedung Putih.
Menurut berita Kan, Na’eh akan menjadi utusan sementara sampai duta besar tetap dipilih.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Penunjukkan itu terjadi sebulan setelah Kementerian Luar Negeri Israel mengumumkan rencana untuk mendirikan kedutaan dan konsulatnya di UEA pada pekan pertama tahun ini.
“Kami berharap pelantikan [kedutaan] pada akhir Desember atau pekan pertama Januari 2021. Kami akan memiliki kedutaan di Abu Dhabi dan Konsulat Jenderal akan berada di Dubai,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel.
Na’eh sebelumnya menjabat sebagai duta besar untuk Turki dari 2016 sampai dia diperintahkan untuk pergi oleh Ankara setelah pasukan pendudukan Israel menggunakan kekerasan untuk membubarkan pengunjuk rasa Palestina yang tidak bersenjata yang berkumpul di pagar Gaza-Israel untuk menentang keputusan AS memindahkan kedutaan besar ke Yerusalem pada tahun 2018.
Namun, bulan lalu, Turki menunjuk duta besar baru untuk Israel, pertama kalinya setelah lebih dari dua tahun.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Sebuah Laporan mengklaim keputusan Ankara untuk menunjuk utusan adalah langkah untuk meningkatkan hubungan dengan AS saat Presiden terpilih Joe Biden menjabat.
UEA, Bahrain, Sudan dan Maroko adalah negara Arab pertama yang menjalin hubungan dengan negara pendudukan Israel sejak Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Kepemimpinan Palestina mengutuk pembentukan hubungan dengan pendudukan sebagai “tusukan berbahaya bagi perjuangan Palestina”. (T/R7/P2)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Mi’raj News Agency (MINA)