Al-Quds, 16 Rajab 1436/5 Mei 2015 (MINA) – Pasukan Israel menutup pintu masuk utama di wilayah al-Zaayyem, Al-Quds Timur, sehingga lebih dari 6.000 warga Palestina, tak dapat lagi melintasinya, dan harus menempuh 5 km lebih jauh untuk pergi ke sekolah, ke kantor, dan berdagang.
Gerbang besi yang didirikan oleh pasukan Israel ditutup selama 10 hari, Kepala Dewan Wilayah al-Zaayyem, Naim Sub Laban mengatakan kepada Ma’an News Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa (5/5).
Pasukan Israel pertama kali memasang gerbang dekat pos pemeriksaan militer di pintu masuk utama ke al-Zaayyem tersebut, pada akhir Maret dengan alasan menjaga keamanan.
Para pasukan Israel dikerahkan di gerbang sejak saat itu. Pembukaan dan penutupan gerbang dilakukan untuk membatasi pergerakan anak sekolah, pengusaha dan aktivitas warga yang harus keluar masuk setiap hari.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Sub Laban menambahkan, penjajah Israel membuka pintu gerbang itu selama beberapa jam pada Ahad petang dan selama dua jam pada Senin pagi, selain itu gerbang ditutup selama puluhan hari.
Ketika gerbang ditutup, warga mengatakan, penutupan itu sebagai hukuman bersama, sehingga warga terpaksa menggunakan jalur alternatif; sebuah jalan tanah yang berjarak sekitar 5 kilometer.
“Ketika gerbang pertama kali didirikan, pemerintah Israel menyatakan, akan tetap membukanya sepanjang waktu, kecuali bila ada situasi keamanan yang berbahaya,” kata Sub Laban.
Abu Mahmoud Shweiki, distributor es krim yang menjual berjualan di toko-toko di al-Zaayyem mengatakan, ia mengemudi truk melalui jalan tanah dengan jarak lebih panjang setiap hari untuk memuat dan membongkar barang dagangannya.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Anak-anak sekolah juga mengatakan, mereka terpaksa berjalan dengan rute yang panjang melalui jalan tanah untuk mencapai sekolah mereka setiap hari. (T/P006/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza