
Al-Aqsha
.(Foto:MINA)" width="300" height="225" /> Jamaah Muslim saat akan menunaikan shalat dzhuhur di dalam Masjid Al-Aqsha.(Foto:MINA)Al-Quds, 6 Muharram 1436/31Oktober 2014 (MINA) – Pasukan Israel benar-benar menutup kompleks Al-Aqsha untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade akhir sejak Rabu malam setelah penembakan seorang rabi dan aktivis sayap kanan Israel di Kota Al-Quds.
Sementara organisasi-organisasi ekstremis Yahudi menghasut rekan-rekan mereka untuk menodai tempat suci Islam secara massal sejak Kamis pagi dalam menanggapi percobaan pembunuhan Yehuda Glick itu.
Ratusan jamaah Muslim terpaksa melakukan shalat subuh di jalan-jalan di luar kompleks Masjid Al-Aqsha setelah pasukan Israel menutup semua pintu masuk.
Hanya direktur Al-Aqsha dan penjaga keamanan yang diizinkan masuk, bahkan yang melakukan adzan, juga ditolak masuk.
Baca Juga: Warga Palestina Sahur Bersama di Awal Ramadhan
Direktur Masjid Al-Aqsha Omar Al-Kiswani mengatakan ia bersikeras untuk memulai shalat subuh pada Kamis (30/10) di Masjid Al-Aqsha meskipun keputusan polisi Israel untuk menutupnya.
“Saya tiba di Masjid pada waktu dini hari saat pasukan polisi Israel mengepung dan mencegah jamaah masuk, tapi saya bisa masuk berdasarkan pekerjaan saya sebagai direktur Masjid,” kata Kiswani sebagaimana dikutip Kantor Berita Anadolu.
“Tidak ada yang berada di dalam Masjid, tapi Adzan dibacakan pada waktu dini hari dan waktu sholat ditunda selama 10 menit dengan harapan bahwa polisi Israel akan memungkinkan jamaah untuk memasuki Masjid,” jelasnya.
“Tidak dapat diterima bahwa Masjid Al-Aqsha membayar mahal untuk peristiwa di Yerusalem. Masjid adalah tempat untuk berdoa dan beribadah serta semua umat Islam memiliki hak untuk mendapatkannya,” kata Direktur.
Baca Juga: Hamas Serukan Warga Palestina Intensifkan Kunjungan ke Masjid Al-Aqsa selama Ramadan
Seorang juru bicara untuk polisi Israel, Luba al-Samri, mengatakan bahwa keputusan itu diambil setelah mengevaluasi situasi keamanan menyusul percobaan pembunuhan terhadap Yehuda Glick.
Menteri Palestinauntuk Wakaf Islam Sheikh Yusuf Deis mengatakan bahwa tindakan itu adalah pertama kalinya masjid benar-benar ditutup sejak tahun 1967.
Menteri mengatakan itu adalah “konspirasi” yang bertujuan membagi masjid, dan mengkritik langkah sebagai melanggar hak-hak jamaah Muslim.
Sekitar 500 siswa, yang belajar di sekolah-sekolah agama di dalam kompleks, juga ditolak masuk.
Baca Juga: Israel Hancurkan Rumah-Rumah Kamp Nour Shams di Hari Pertama Ramadhan
Pembatasan Israel terhadap ibadah bagi umat Muslim di situs suci telah menyebabkan ketegangan selama beberapa pekan terakhir, menyebabkan bentrokan terjadi di Al-Quds Timur.
Masjid Al-Aqsha sensitif bagi rakyat Palestina karena statusnya sebagai situs paling suci ketiga dalam Islam dan lokasinya di jantung Kota Tua Al-Quds Timur yang diduduki Israel.
Israel mengklaim seluruh Al-Quds sebagai ibukota ” ibukota abadi, tak terbagi,” tetapi masyarakat internasional melihat Al-Quds Timur sebagai wilayah Palestina dan ibukota negara Palestina di masa depan.(T/R05/R03)
Baca Juga: Pasukan Zionis Israel Hancurkan Rumah Warga Palestina di Gaza Selatan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)