Istanbul, MINA – Istanbul menjadi tuan rumah sebuah Simposium Internasional Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) untuk Yerusalem (Al-Quds), Sabtu-Ahad (23-24/9).
Simposium dilaksanakan sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi masalah Yerusalem, sebuah kota yang suci dan sangat penting bagi umat Islam, kata Yavuz Unal, Wakil Kepala Direktorat Urusan Agama Turki, pada pembukaan, Sabtu (23/9).
Agenda dua hari menyatukan pandangan para politisi, akademisi serta ulama lokal dan internasional. Mi’raj News Agency (MINA) melaporkan dari sumber Anadolu Agency.
“Hari ini kita melihat apa yang terjadi di setiap bagian dunia Islam, di mana air mata dan darah mengalir tanpa berhenti, di Rakhine, Yaman, Suriah, Irak, ini peringatan buat kita,” ujarnya.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Unal mengatakan, pertemuan akan membantu orang-orang Palestina, yang kebanyakan tinggal di pengasingan, dan “mereka harus melewati pos pemeriksaan identitas untuk pergi ke rumah atau ladang mereka sendiri”.
Perumusan penting yang ditargetkan adalah mengevaluasi pelanggaran HAM di wilayah tersebut serta membantu meningkatkan kesadaran internasional akan pelanggaran-pelanggaran ini, lanjutnya.
Panitia Penyelenggara mengatakan, acara diselenggarakan oleh Yayasan Burak berbasis di Istanbul, Kota Umraniye, dan Universitas Medeniyet Istanbul.
Ikut memberikan sambutan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta karena telah mendukung kota suci Al-Quds.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Juga ikut memberikan sambutan, mantan Mufti Agung Al-Quds Sheikh Ekrima Sabri yang mengucapkan terima kasih kepada Erdogan karena “berada di pihak kita dan mendukung Yerusalem”.
El-Bachir Jarallah, yang memimpin kelompok HAM Minoritas berbasis di Istanbul untuk Al Quds, menekankan umat Islam untuk bekerja lebih keras dalam melindungi Al-Quds.
Rektor Universitas Medeniyet Istanbul Ihsan Karaman mengatakan, Turki memiliki kewajiban untuk menjelaskan hal-hal seputar Al-Quds kepada generasi muda.
Karaman meyakini, pertemuan itu akan membantu menghidupkan kembali kesadaran di negara tersebut dan menghasilkan “kebijakan politik yang baik”.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Berbicara pada acara yang sama, Hasan Can, Walikota Distrik Umraniye, Istanbul, mengatakan bahwa masa lalu, masa kini, dan masa depan, Al-Quds akan dibahas pada simposium tersebut, dan sebuah buku akan diterbitkan pada kesimpulannya.
Pada ketegangan di wilayah tersebut mengenai pembatasan di Masjid Al-Aqsha, Can mengatakan orang-orang Turki memberikan respon yang paling kuat terhadap hal ini dengan melakukan demonstrasi di Istanbul.
Adem Yenihayat, Kepala Yayasan Burak melaporkan, para peserta simposium di sampng aktivis dalam negeri Turki, juga datang dari Palestina, Arab Saudi, Qatar, Bahrain, dan Indonesia.
Panitia Penyelenggara juga menyelenggarakan pameran terbuka untuk pengunjung, berjudul “Jerusalem: From the Ottoman Archive”. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka