Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istri Salehah, Pelita di Jalan Dakwah

Ali Farkhan Tsani Editor : Rudi Hendrik - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

18 Views

Ilustrasi: Muslimah salehah. (Foto: ig)

DALAM setiap langkah dakwah, selalu ada sosok yang sinarnya tak terlihat di panggung, namun cahayanya menerangi langkah para pejuang. Dialah istri salehah, pelita di jalan dakwah. Ia mungkin tak berdiri di mimbar, tak tampil di layar, tapi doanya menembus langit dan sabarnya mengokohkan perjuangan.

Itulah istri shalihah yang digambarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai perhiasan terbaik:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang salehah.” (H.R. Muslim).

Baca Juga: Ibu Berilmu, Pilar Utama Peradaban

Hadits ini menegaskan bahwa kemuliaan seorang istri tidak diukur dari kilau dunia, tapi dari kejernihan imannya. Ia bukan sekadar penghias rumah tangga, melainkan penopang perjuangan dakwah.

Lihatlah Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha, pelita pertama dalam rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Saat wahyu pertama turun dan Rasulullah gemetar, Khadijah menenangkan dengan penuh cinta, “Tenanglah, demi Allah, Dia tidak akan menyia-nyiakan engkau.”

Ia meneguhkan hati Nabi, mengorbankan harta dan dirinya demi tegaknya Islam.

Baca Juga: Muslimah dan Amanah Pembebasan Baitul Maqdis, Suara Perjuangan yang Tak Pernah Padam

Setelah Khadijah, cahaya itu diteruskan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri yang cerdas, lembut, dan penuh semangat ilmu.

Dari rumahnya, dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berlanjut dalam bentuk ilmu yang menyinari generasi setelahnya. Lebih dari dua ribu hadits diriwayatkan darinya. Ia menjadi guru besar umat, mengajarkan Al-Qur’an, akhlak, dan hikmah. Dakwahnya tak di medan perang, tapi di medan ilmu yang melahirkan ribuan penerus dakwah.

Lihatlah pula Fathimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha, putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang lembut namun tegar.

Ia mendampingi suaminya, Ali bin Abi Thalib, dalam kesederhanaan dan perjuangan. Ia tahu suaminya pejuang, dan ia pun berjuang dengan caranya, dengan kesabaran, dengan air mata, dengan doa di malam yang panjang. Ia tak menuntut kemewahan, cukup baginya ridha Allah dan keberkahan perjuangan suaminya.

Baca Juga: Ketika Hijâb Hanya Jadi Hiasan: Tangisan Iman Muslimah di Akhir Zaman

Tiga sosok agung itulah, Khadijah, ‘Aisyah, dan Fathimah, adalah tiga cahaya yang abadi. Mereka menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya urusan lisan, tapi juga hati dan pengorbanan. Bahwa di balik setiap dakwah besar, selalu ada cinta besar yang menyalakan kekuatan dari balik tirai rumah.

Istri salehah memahami bahwa menikah dengan seorang pejuang dakwah bukan berarti hidup dalam kemudahan, tapi dalam makna. Ia siap menanggung rindu, menahan letih, dan tetap tersenyum dalam ujian. Ia menjadikan rumahnya mihrab dan keluarganya ladang amal.

Dakwah akan terus hidup karena ada istri-istri salehah yang menjadi penjaga semangat, penyiram api jihad, dan pelita bagi hati yang lelah. Mereka mungkin ada yang tak terkenal di dunia, tapi dikenal di langit. Karena setiap sujudnya adalah bagian dari perjuangan, setiap kesabarannya adalah bagian dari dakwah. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Tersentuh Al-Qur’an, Perempuan Islandia Anti-Islam Ini Dapatkan Cahaya Hidayah

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Khadijah