Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istighfar Kunci Perubahan Nasib: Tadabbur Qur’an Surat Nuh Ayat 10-12

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 31 detik yang lalu

31 detik yang lalu

0 Views

Kekuatan istighfar (foto: ig)

DI TENGAH kesibukan dunia, manusia seringkali terjebak dalam rutinitas yang melelahkan. Saat masalah datang bertubi-tubi—baik berupa krisis ekonomi, tekanan sosial, kehancuran moral, bahkan bencana alam—tak jarang solusi yang diambil adalah lari ke arah duniawi: pinjaman, koneksi, atau strategi bisnis. Padahal, Al-Qur’an telah menawarkan jalan keluar yang tak hanya menyentuh akar persoalan, tetapi juga membenahi hati: istighfar.

Mari kita resapi firman Allah dalam Surat Nuh ayat 10-12,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ﴿١٠﴾ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا ﴿١١﴾ وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

“Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat atasmu dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun serta mengadakan pula sungai-sungai.” (Qs. Nuh: 10-12)

Ayat ini adalah potongan dari dakwah panjang Nabi Nuh ‘alaihissalam kepada kaumnya. Setelah melalui perjuangan berabad-abad, ia menyampaikan inti ajakan yang paling dalam: bertaubat dan memohon ampun. Namun menariknya, istighfar tidak hanya dijanjikan sebagai sarana penghapus dosa, tetapi juga sebagai kunci kemakmuran dan perubahan nasib.

Baca Juga: Israel Vs Iran, Ketika Serangan Membentuk Keberimbangan Regional

Lihatlah bagaimana ayat ini menyebut secara eksplisit: Hujan deras (rezeki langit), Kekayaan dan anak-anak (rezeki dunia dan generasi), Kebun dan sungai (keseimbangan ekologi dan kemakmuran). Semua itu diberikan kepada kaum yang mau beristighfar dengan tulus dan berkesinambungan.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikisahkan dari Hasan al-Bashri. Suatu hari, datang seorang laki-laki mengadu kepadanya karena tertimpa kemiskinan. Hasan al-Bashri berkata, “Beristighfarlah kepada Allah.” Lalu datang lagi seseorang mengadukan masalah kekeringan, Hasan menjawab sama, “Beristighfarlah.” Bahkan saat seseorang datang mengadu karena belum punya anak, jawabannya tetap, “Beristighfarlah.”

Ketika ditanya mengapa jawabannya selalu istighfar, Hasan Al-Bashri lalu membacakan ayat ini—Surat Nuh ayat 10-12.

Subhanallah. Kita kadang melupakan bahwa solusi paling utama ada pada hubungan kita dengan Allah, bukan hanya pada strategi duniawi. Istighfar bukan sekadar ritual lisan, melainkan sikap hati yang mengakui kelemahan diri, menyadari banyaknya dosa, lalu kembali kepada Allah dengan harap dan takut.

Baca Juga: Mengapa Harus Hadir di Majlis Taklim? Inilah 5 Keutamaannya yang Wajib Diketahui

Lantas, mengapa istighfar bisa mengubah nasib?

Karena dosa adalah penghalang rezeki. Ketika hati penuh maksiat, maka keberkahan akan terangkat. Allah menahan curahan rahmat-Nya bukan karena Allah pelit, tapi karena manusia enggan kembali kepada-Nya. Maka, istighfar adalah sapu pembersih hati dan penarik keberkahan.

Perubahan Nasib Dimulai dari Hati yang Tunduk

Tak sedikit orang yang berkata, “Saya sudah bekerja keras, sudah berdoa, sudah mencari peluang, tapi hidup saya masih sulit.” Barangkali, ada yang terlewat: istighfar yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan.

Baca Juga: Ketika Dosa Tampak Indah: Wajah Fitnah di Ujung Zaman

Ayat ini menyiratkan bahwa nasib bisa berubah jika manusia mulai membersihkan dirinya dari dosa-dosa. Allah tidak menilai keberhasilan dari kecerdasan atau jaringan sosial, tetapi dari kedekatan hati hamba kepada-Nya.

Perhatikan urutan yang disebut dalam ayat ini: Istighfar →Hujan deras →Kekayaan dan anak →Kebun dan sungai.

Ini menunjukkan bahwa keberkahan rezeki bukanlah ujug-ujug turun. Ia dimulai dari perubahan batin, dari lisan yang lembut memohon ampun, dari hati yang sadar diri dan menangis karena dosa, lalu Allah membuka pintu langit-Nya.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat ini adalah bukti bahwa “dosa bisa menjadi sebab kekeringan, kemiskinan, dan kesempitan hidup, dan istighfar bisa membuka jalan lapang dan rezeki yang luas.”

Baca Juga: Mengakui Negara Israel Dalam Prespektif UUD 1945

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering lupa bahwa dosa bukan hanya mencuri, zina, atau membunuh. Menggunjing, menunda shalat, meremehkan orang tua, malas bersedekah, semuanya bisa menghalangi datangnya keberkahan.

Coba bayangkan jika satu keluarga, satu RT, satu kota, bahkan satu bangsa—berlomba-lomba memperbanyak istighfar setiap hari. Bayangkan jika dari lisan-lisan kaum Muslimin senantiasa terdengar: “Astaghfirullah wa atubu ilaih…”

Apakah Allah tidak akan bukakan langit-Nya? Apakah bumi tidak akan menumbuhkan rezekinya? Apakah malaikat tidak akan mendoakan kebaikan bagi mereka?

Rasulullah SAW sendiri, seorang yang ma’shum (terpelihara dari dosa), tetap beristighfar lebih dari 70 kali dalam sehari. Maka bagaimana dengan kita yang penuh cela dan alpa?

Baca Juga: Hidup Hanya Sekali, Jadikan Bermakna di Sisi Allah

Cara Praktis Menghidupkan Istighfar dalam Hidup

Berikut adalah beberapa cara sederhana namun dalam untuk menghidupkan budaya istighfar dalam hidup kita.

1. Bangun Subuh dengan Istighfar. Allah menyebut orang bertakwa sebagai “orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur” (Qs. Az-Zariyat: 18). Jadikan 10-15 menit sebelum Subuh untuk mengucap astaghfirullah dengan penuh kesadaran.

2. Jadikan Dzikir Harian. Setelah salat fardhu, sempatkan istighfar minimal 3 kali, sebagaimana diajarkan Rasulullah.

Baca Juga: Pelanggaran Zionis terhadap Konvensi Jenewa

3. Bawa ke dalam aktivitas. Saat macet, menunggu antrean, berjalan kaki, atau mencuci piring—isi waktu dengan istighfar. Jangan remehkan istighfar yang sederhana tapi konsisten.

4. Tularkan ke keluarga. Ajak istri/suami dan anak-anak untuk mengucap istighfar bersama sebelum tidur. Bangun kebiasaan spiritual dalam keluarga.

5. Catat kemajuan hati. Tulis di jurnal: berapa kali istighfar hari ini? Dengan muhasabah, kita tahu seberapa jauh kita mendekat kepada Allah.

Rezeki, Keturunan, dan Kesejukan Jiwa Dimulai dari Taubat

Baca Juga: Masjidil Aqsa, Lambang Kehormatan Umat Islam yang Terluka

Surat Nuh ayat 10-12 adalah tanda cinta Allah kepada hamba-Nya. Betapa besar keinginan Allah agar kita kembali kepada-Nya. Allah tidak meminta syarat sulit. Tidak perlu modal besar. Tidak perlu jaringan luas. Cukup istighfar.

Namun jangan salah. Istighfar bukan sekadar ucapan lisan. Ia adalah pintu gerbang taubat sejati, yang harus diikuti perubahan sikap, amal, dan komitmen untuk lebih baik.

Jika hidup terasa sempit, mulailah dengan menyempitkan ego dan memperbanyak istighfar. Jika dunia terasa gelap, bersihkanlah cermin hati dengan air mata tobat. Niscaya, cahaya rahmat akan datang menyinari.

Semoga kita termasuk hamba-hamba yang gemar istighfar, bukan hanya karena takut pada dosa, tetapi karena rindu akan ampunan dan cinta Allah. Allah Ta’ala berfirman,

Baca Juga: Zionis Israel Gunakan Kelaparan sebagai Senjata Genosida, Dunia Tak Berdaya

وَّاَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا حَسَنًا اِلٰى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّيُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَه ۗوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنِّيْ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ

“Dan hendaklah kamu memohon ampun kepada Tuhanmu lalu bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberikan kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan…” (Qs. Hud: 3)

Mari jadikan istighfar sebagai gaya hidup dan jalan perubahan nasib. Karena sungguh, Allah Maha Pengampun dan Maha Pemurah.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Pesan Surah As-Syuraa: Persatuan Bukti Keimanan, Perpecahan Bukti Kemusyrikan

Rekomendasi untuk Anda