Ramallah, MINA – Istri dari tahanan Palestina Maher Al-Akhras mengumumkan pada Rabu (7/10) bahwa dia akan bergabung dengan suaminya dalam aksi mogok makan yang dilakukan suaminya.
Menurut Organisasi Masyarakat Tahanan Palestina (PPS), Taghrid Al-Akhras berharap dengan ikut aksi mogok maka suaminya, dia dapat menarik lebih banyak perhatian pada kasus suaminya dan kondisi kesehatannya yang memburuk, Wafa melaporkan.
Al-Akhras, ayah berusia 49 tahun dari enam anak dari kota Silat Ad-Daher, selatan Jenin, telah melakukan mogok makan selama 73 hari berturut-turut.
Dia memulai aksinya setelah ditangkap dan ditempatkan di tahanan administratif pada akhir Juli.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Taghrid berbicara tentang kurangnya solidaritas nyata terhadap suaminya. Ia mengatakan otoritas pendudukan bertujuan untuk membunuhnya.
“Kesehatan suami saya terus memburuk dan kejang-kejangnya sekarang sering terjadi dan berbahaya,” kata Taghrid.
Al-Akhras saat ini berada di Kaplan Medical Center. Ia sebelumnya telah didiagnosis dengan hipertensi pada tahun 2018, dan sekarang mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
Pada Selasa (7/10), sejumlah aktivis dan anggota Knesset dari Daftar Bersama mengunjungi Al-Akhras di rumah sakit. Namun setibanya di sana, Anggota Knesset Ofer Cassif, Ahmad Tibi dan Osama Saadi ditahan hampir 20 menit di depan pintu masuk rumah sakit.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Saya mengunjungi Al-Akhras dua pekan lalu, tetapi kondisinya semakin memburuk, dia menderita dan disiksa,” kata Cassif kepada Local Call.
“Jika Israel membiarkan dia wafat, itu akan menjadi kesalahan pemerintah Israel,” tambah Cassif.
Dia mengatakan dia telah meminta kepada Menteri Pertahanan Benny Gantz untuk membebaskan Al-Akhras tetapi ditolak oleh pejabat pertahanan.
“Penahanan administratif adalah alat yang paling jelek,” kata Tibi di pintu masuk rumah sakit.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Tidak ada dakwaan, hanya kasus rahasia. Dia sedang menghadapi kematian, jadi kami datang ke sini untuk menuntut pembebasannya,” tambahnya.
PPS menegaskan bahwa “membekukan” penahanan Al-Akhras alih-alih membatalkannya adalah “tindakan penipuan dan merupakan upaya untuk mengakhiri mogok makan tanpa memberinya hak yang sah.”
Dari ranjang rumah sakitnya, Al-Akhras menyuarakan satu pesan kepada pengacaranya,”Entah kebebasan atau kemartiran”.
“Dokter mengatakan saya mungkin mati kapan saja,” ujar Al-Akhras. (T/R7/P1)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)