Istri shalihah memang menjadi idaman setiap keluarga. Bagaimana tidak, keberadaannya sangat didambakan oleh suami dan anak-anaknya. Tugas dan perannya yang sangat vital dan sangat menentukan jalannya bahtera rumah tangga. Ketiadaannya akan menjadi musibah tersendiri bagi sebuah keluarga. Jika ia sakit, ataupun meninggalkan dunia ini untuk selamanya, pastinya setiap anggota keluarga akan merasa sangat bersedih dan kehilangan dirinya.
Jika mau mengukur harga seorang istri yang shalihah, setidaknya (meskipun sebenarnya belum sebanding) seseorang bisa membandingkan dengan harga jika ia menginap di hotel berbintang dengan servis dan pelayanan yang prima. Berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk menginap di sebuah hotel dalam semalam?. (Untuk harga hotel di Jakarta dan sekitarnya kisaran Rp. 1-10 juta semalam).
Seorang istri harus mengurus rumah, mencuci, memasak, mengurus anak-anak, menyiapkan makanan setiap hari, dan masih banyak lagi tugas-tugas yang harus dikerjakan. Ditambah lagi, ia harus melayani suami dengan pelayanan prima. Tolak ukurnya keberhasilannya adalah kepuasan dan keridhaan suami kepadanya.
Memang sungguh berat menjadi seorang istri yang shalihah. Akan tetapi, bukan berarti hal itu mustahil untuk diwujudkan. Oleh karenanya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan penghargaan tertinggi kepada seorang wanita yang mampu menjadi istri yang shalihah. Allah telah menjamin bagi mereka dengan pahala yang besar, ampunan, rahmat dan surganya untuk mengganti kelelahannya.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Penghargaan tertinggi yang Allah siapkan bagi seorang istri shalihah yakni, ia bisa masuk ke surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Salam pernah bersabda:
وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
“Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka,” (Muttafaq’alaih).
Hadits di atas menjelaskan bahwa rumah merupakan tempat yang terhormat bagi seorang istri. Karena dari rumahlah generasi-generasi Islam akan dibangun. Kokohnya suatu bangsa tergantung kokohnya keluarga. Maka tak sepantasnya, seorang istri merasa malu dan minder mengemban tugas mulia, sebagai ibu rumah tangga.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Rasulullah juga pernah berkata pada putri tercinta, Sayidatina Fatimatuzzahra untuk menghiburnya. Ketika itu, Rasulullah melihat Fatimah bersedih dan hendak meminta pembantu untuk meringankan pekerjaan rumah tangganya. Fatimah setiap hari harus menggiling gandum sendiri untuk makan keluarganya hingga tangannya yang lembut itu menjadi keras karena terlalu banyak dan lama menggenggam penggilingan setiap hari.
Lantas Nabi bersabda kepada ananda tercinta: ”Jika Allah menghendaki wahai putriku Fatimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah Subhanahu Wa Ta’ala menghendaki dan dituliskannya untukmu beberapa kebaikan serta dihapuskan oleh-Nya kesalahan-kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat kemuliaan.”
“Wahai putriku Fathimah, yang lebih utama dari itu semua (pekerjaan rumah tangga) adalah keridlaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridha denganmu, tidaklah akan aku doakan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah, bahwa ridha suami itu dari Allah dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah”.
“Wahai putriku Fathimah, apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka para malaikat memohonkan ampun untuknya. Apabila ia mulai sakit karena hendak melahirkan, maka Allah mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan-Nya yakni laksana perang sabil. Apabila ia melahirkan, maka keluarlah dari dirinya, segenap dosa-dosanya dan ia menjadi suci seperti halnya ketika ia di lahirkan. Dan apabila ia meninggal, tiadalah ia meninggal dalam keadaan berdosa sedikitpun, kecuali Allah ampuni semua dosa-dosanya itu”.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Peran Strategis Seorang Istri Bagi Anak-anaknya
Peran seorang istri shalihah menuntut mereka untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka, istri shalihah harus terus bergerak mencari ilmu, menggali potensi, meningkatkan kualitas dan kapasitas dirinya. Karena, untuk mencetak generasi yang berkualitas, dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti, seorang wanita tidak boleh berhenti belajar.
Wanita adalah guru pertama bagi sang anak sebelum dididik orang lain. Sejak ruh ditiupkan ke dalam rahim, proses pendidikan sudah dimulai. Sebab mulai saat itu, anak telah mampu menangkap sinyal dan rangsangan-rangsangan yang diberikan oleh ibundanya.
Bila seorang ibu membiasakan anaknya dari kandungan sampai dewasa dengan adab-adab Islam, ia pun akan terbiasa dengan hal itu. Tapi sebaliknya, bila ibu membiasakan dengan adab-adab yang tidak Islami, ia pun akan ikut seperti ibunya. Saat inilah kebiasaan seorang ibu sangat berpengaruh pada anak. Karena perkembangan otak anak sangat cepat. Daya ingat masih kuat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Bagaimana seorang ibu mampu menanamkan akidah sedini mungkin, sehingga anak meyakini bahwa hidup harus berjalan sesuai tuntunan agama ? Dalam hidup ini, setiap amal akan ada pertanggungjawaban.
Pembiasaan akhlak yang baik kepada anak tidak perlu menunggu hingga anak dewasa. Semenjak dalam kandungan, seorang anak dibiasakan mencintai orang lain, maka ketika lahir, ia pun akan berusaha untuk mencintai orang lain. Apabila sifat-sifat sabar, tawadlu, itsar, tabah, pemurah, suka menolong orang lain dan sebagainya dibiasakan, insya Allah ketika anak sudah paham dan mengerti, akhlak-akhlak tadi dengan sendirinya akan menghiasi kehidupannya.
Keluarga yang Berkah
Rasanya, semua orang yang sudah berkeluarga (berumah tangga) menghendaki keluarganya menjadi sakinah, keluarga yang penuh berkah. Untuk mewujudkan keberkahan dalam rumah tangga, setiap pasangan mesti benar-benar meneguhkan tekad untuk mewujudkannya. Di sinilah peran vital seorang istri shalihah dalam mewujudkan keluarga berkah.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Slogan “Baiti Jannati (Rumahku adalah Surgaku)” akan dapat dengan mudah dirasakan oleh suami, juga anggota keluarga di dalamnya adalah manakala di dalamnya terdapat seorang istri yang shalihah.
Mensyukuri rezeki yang diberikan Allah lewat jerih payah suami seberapapun besarnya dan bersyukur atas keadaan suami tanpa perlu membanding-bandingkan dengan suami orang lain, adalah modal mahal dalam meraih keberkahan ; begitupun syukur terhadap keberadaan anak-anak dengan segala potensi dan bakatnya adalah modal masa depan yang harus dipersiapkan.
Ungkapan “Rumahku Syurgaku” bukan semata dapat diwujudkan dengan lengkapnya fasilitas dan luasnya rumah tinggal, akan tetapi lebih disebabkan oleh suasana interaktif antara orang tua dan anak yang penuh santun dan bijaksana, sehingga tercipta kondisi yang penuh keakraban, kedamain, dan cinta kasih.
Sikap yang santun dan bijak merupakan cermin dari kondisi ruhiyah yang mapan. Oleh karena itu Rasulullah SAW mengingatkan secara berulang-ulang agar jangan marah (Laa Tagdlob). Bila muncul amarah karena sebab-sebab pribadi, segeralah menahan diri dengan beristigfar dan mohon perlindungan Allah. (A/R4/P1)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati