Ottawa, 2 Muharram 1436/15 Oktober 2015 (MINA) – Isu pelarangan penggunaan cadar (niqab) di kalangan perempuan Muslim tidak hanya menyeruak dalam pemilihan umum Mesir tetapi juga di Kanada.
Seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dari laman Aljazeera, Kamis (15/10), Kanada akan melaksanakan pemilihan umum kurang dari sepekan. Persaingan antara tiga partai terbesar di negara itu, Partai Konservatif yang berkuasa, Partai Liberal, dan Partai Demokrat Baru terus menajam.
Banyak yang menggambarkan pemilu kali ini sebagai salah satu yang paling penting dalam sejarah negara itu. Sejumlah isu penting seperti pertumbuhan ekonomi, lingkungan, kesehatan, layanan sosial, lapangan kerja, pendidikan, krisis pengungsi, hingga kontraterorisme menjadi sorotan.
Tapi dalam beberapa pekan terakhir perdebatan sengit telah muncul menyangkut masalah lain: yatu penggunaan niqab. Para calon pemimpin negara itu mempertanyakan apakah niqab patut atau tidak layak mendapatkan tempat dalam upacara-upacara kewarganegaraan.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Pada tahun 2011, pemerintah Kanada, yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) Stephen Harper, menyatakan larangan mengenakan niqab selama upacara tersebut.
Namun seorang perempuan, Zunera Ishaq, menantang larangan tersebut, dengan alasan bahwa hal itu melanggar hak-haknya. Dia menggugat pemerintah dan memenangkan gugatan awal tahun ini. Pemerintah kemudian melawan dengan mengajukan banding, namun kalah pada bulan September.
Meski pemerintah kalah, isu niqab di negara itu terus menggelinding. PM Harper dan partai Konservatif telah berjanji akan menjadikan isu itu sebagai masalah mendesak dalam kampanye.
Mereka juga berkeras untuk melakukan perlawanan ke Mahkamah Agung. Lebih ironis lagi, Harper dan Partai Konservatif juga ingin membentuk sebuah hotline polisi untuk melaporkan apa yang disebut sebagai ‘praktek budaya barbar’ terkait penggunaan niqab.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Para pendukung Harper mengklaim langkah itu sebagai upaya untuk menegakkan nilai-nilai Kanada dan niqab disebut ‘berakar pada budaya yang anti-perempuan.
Tapi kalangan kritikus yang tidak setuju dengan kebijakan pelarangan niqab oleh pemerintah mengatakan Herper tengah mendorong ketakutan dan kecurigaan terhadap Muslim dan mengacaukan pikiran pemilih dari masalah nyata yang dihadapi negara.
Jadi, apakah niqab terlalu penting dalam pemilihan umum ini atau itu merupakan sebuah gejala dari tren yang lebih besar?
Terpisah dari Kanada, beberpa waktu lalu Komisi Pemilihan Umum (SEC) Mesir memutuskan perempuan yang mengenakan cadar (niqab) jenis yang dipakai minoritas wanita muslim di Mesir tidak akan diizinkan untuk memberikan hak pilihnya dalam pemilihan parlemen pada 18-19 Oktober mendatang.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Berbicara dalam sebuah konferensi pers di Kairo, Kamis (8/10), Juru Bicara Komisi Pemilihan Umum Mesir, Omar Marwan menyatakan para pemilih yang mengenakan bercadar harus melepaskannya jika ingin memberikan suara atau mereka akan dicegah memasuki tempat pemungutan suara. (T/P022/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina