Tripoli, MINA – Pemerintah Italia pada Sabtu (7/7) mengaktifkan kembali “perjanjian persahabatan” dengan Libya setelah satu dekade dibekukan, untuk memungkinkan pengembalian migran ke negara Afrika Utara itu.
Pengumuman itu dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri Italia Enzo Moavero Milanesi bersama timpalan Libyanya Mohamad Siala pada konferensi pers bersama di Tripoli.
Milanesi memuji kesepakatan yang dicapai “signifikan dan menjanjikan” dalam kunjungan pertamanya ke Tripoli itu, demikian The New Arab melaporkan.
Pada 2008, “perjanjian persahabatan” itu ditandatangani oleh mantan pemimpin Libya Muammar Qaddafi dan Perdana Menteri Italia saat itu Silvio Berlusconi.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Kesepakatan itu ditangguhkan pada Februari 2011, setelah terjadinya pemberontakan yang akhirnya membuat Qaddafi tersingkir dari kekuasaan dan dibunuh.
Perjanjian asli sebelumnya menyatakan bahwa Italia akan melakukan investasi senilai US$ 5 miliar sebagai kompensasi pada penjajahannya selama beberapa dekade di Libya.
Sebagai gantinya, Libya akan bekerja untuk menghentikan para migran ilegal yang keluar dari pantainya dan menerima mereka yang dikirim kembali ke negara Afrika Utara itu. Namun, klausul itu telah dicela oleh aktivis hak asasi manusia.
Kedua menteri tidak mengatakan bahwa teks perjanjian yang diaktifkan kembali itu telah diubah.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Selama pemerintahan Qaddafi, ribuan migran menyeberangi batas tanah Libya hampir 3.000 mil dalam upaya untuk mencapai Laut Mediterania dan menyeberang ke Eropa.
Aliran migran melalui Libya melonjak setelah Qaddafi digulingkan dan dibunuh pada tahun 2011.
Para penyelundup mengeksploitasi kekacauan di negara itu untuk mengirim puluhan ribu orang setiap tahun melintasi hamparan 185 mil dari Mediterania ke wilayah Italia.
Setidaknya 34.000 orang telah tewas karena berusaha mencapai Eropa dari seluruh Mediterania sejak tahun 1993, sebagian besar dari mereka tenggelam, menurut angka yang dirilis pada bulan Juni.
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas
Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Salvini terbang ke Libya pada akhir Juni lalu dalam upaya untuk memblokir aliran migran di masa depan.
Italia baru-baru ini mendapat kecaman keras internasional karena memblokir pelabuhannya terhadap kapal penyelamat badan amal di Mediterania. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung