Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

I’tikaf Ramadhan

Bahron Ansori - Kamis, 8 Juni 2017 - 13:43 WIB

Kamis, 8 Juni 2017 - 13:43 WIB

206 Views

Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA

Tak terasa, kaum muslimin menjalankan Ramadhan sudah hampir memasuki hari yang kedua puluh. Itu artinya, di sepuluh hari terakhir, ada amalan mulia yang juga dinanti-nanti dan ingin dilaksanakan oleh sebagian besar kaum muslimin.

Di antara tujuan melakukan amalan ini adalah kemudahan untuk meraih Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan, selain itu juga untuk mudah berkonsentrasi dalam ibadah pada Allah Ta’ala. Amalan itu adalah amalan i’tikaf.

Dalam hadits muttafaqun ‘alaih disebutkan,

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ – رضى الله عنهما – قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَان

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan (HR. Bukhari no. 2025 dan Muslim no. 1171).
Dalil di atas menunjukkan disyari’atkannya i’tikaf. Yang dimaksud i’tikaf adalah menetap di masjid yang diniatkan untuk beribadah yang dilakukan oleh orang tertentu dengan tata cara tertentu. Hukum i’tikaf itu sunnah.

Ibnul Qayyim rahimahullah telah menjelaskan maksud i’tikaf dalam kitab Zaadul Ma’ad (2: 82-83), “Yakni
mengkonsentrasikan hati supaya beribadah penuh pada Allah. I’tikaf berarti seseorang menyendiri dengan Allah dan memutuskan dari berbagai macam kesibukan dengan makhluk. Yang beri’tikaf hanya berkonsentrasi beribadah pada Allah saja.

Dengan hati yang berkonsetrasi seperti ini, ketergantungan hatinya pada makhluk akan berganti pada Allah. Rasa cinta dan harapnya akan beralih pada Allah. Ini tentu saja maksud besar dari ibadah mulia ini.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Jika maksud i’tikaf memang demikian, maka berarti i’tikaf semakin sempurna jika dilakukan dengan ibadah puasa. Dan memang lebih afdhol dilakukan di hari-hari puasa.

Semoga Allah memberi taufik pada kita untuk melakukan amalan mulia ini.(RS3/RS1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Indonesia
Indonesia
Kolom
Kolom
Khadijah