Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA), Da’i Pesantren Al-Fatah
Cerita orang tua kita dahulu, beberapa puluh tahun lalu mencoba mencari masjid di tengah kota untuk i’tikaf pada malam hari bulan Ramadhan, sangat sulit. Ada masjid, tapi digembok pintunya. Ada yang tak dikunci tapi taka da seorangpun di dalamnya.
Seiring perkembangan kesadaran pengamalan ajaran Islam, kini dengan izin Allah masjid-masjid di kota-kota besar beramai-ramai menyelenggarakan i’tikaf beserta kajiannya. Jama’ah pun gratis mendapatkan makanan untuk berbuka dan bersahur.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Masjid pun semakin makmur pada sepuluh malam yang akhir pada bulan suci Ramadhan. Walau ada yang masih kerja di siang harinya, malamnya masuk ke arena i’tikaf. Begitu seterusnya.
Walaupun pada beberapa masjid ada yang menyepi, karena ditinggalkan jamaahnya yang mudik, pulang kampung, belanja atau keluar kota.
Sebuah kesadaran baru upaya menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Seperti dalam beberapa riwayat disebutkan, mengingat begitu keutamaan i’tikaf pada bulan Ramadhan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melaksanakan i’tikaf pada sepuluh hari akhir bulan Ramadhan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Ini merupakan rangkaian penyempurnaan ibadah puasa Ramadhan. Di dalam Al-Quran, Allah menyebutkannya dalam Surat Al-BAqarah 186 setelah perintah puasa Al-Baqarah 183.
…..ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى الَّيْلِ وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلاَ تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ ءَايَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Artinya: “……kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf di dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 187).
Ayat lain yang berkaitan dengan i’tikaf di antaranya:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
…..أَن طَهِّرَا بَيۡتِىَ لِلطَّآٮِٕفِينَ وَٱلۡعَـٰكِفِينَ وَٱلرُّڪَّعِ ٱلسُّجُودِ
Artinya : “….. Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 125).
Penisbatan i’tikaf kepada masjid dalam ayat di atas, “sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”, menunjukkan bahwa ibadah i’tikaf dilakukan di dalam masjid, bukan di rumah, di depan televisi, apalagi di tempat tidur.
Maka, jika kita dapat melaksanakan ibadah i’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang akhir dari bulan Ramadhan, maka itu akan menambah kesempurnaan ibadah puasa Ramadhannya.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Lebih dari itu, kita pun akan berpeluang besar mendapatkan Lailatul Qadar, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sebab, Lailatul Qadar, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits, kemungkinan besar terjadi pada malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Nabi pun memberikan tuntunan kepada kita:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya: “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Dengan i’tikaf tersebut dapat dijadikan sebagai sarana evaluasi diri (muhasabah), memperbanyak mengingat Allah (tadzakkur), dan memikirkan karunia-Nya (tafakkur) untuk memelihara dan meningkatkan kualitas iman dan takwa.
Itu semua dalam upaya menyucikan jiwa (tazkiyatun nafs) dengan berkonsentrasi untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah pada waktu yang sangat terbatas, hanya sepuluh hari dari 365 hari dalam setahun. Namun memiliki nilai yang amat tinggi di sisi Allah.
Untuk itu, seorang yang sedang beri’tikaf akan menyibukkan diri dengan dzikir, istighfar, tilawah Al-Qur’an, shalat, membaca tafsir dan buku-buku keislaman, mengerjakan kebaikan seperti menulis risalah dakwah, munajat dan berdoa kepada Allah.
Ia juga harus menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat yang bisa menodai kesempurnaan i’tikafnya.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Sehingga diharapkan setelah i’tikaf, iman dan jiwa seseorang akan lebih fresh dan dapat menjalani aktivitas kesehariannya dalam menghadapi setahun yang akan dating sampai I’tikaf tahun depan, dan dalam menjalani sisa hidup menuju kampung akhirat. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat