Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itrek, Organisasi yang Membiayai Perjalanan Oknum Nahdliyin ke Israel

Ali Farkhan Tsani Editor : Widi Kusnadi - Sabtu, 20 Juli 2024 - 17:29 WIB

Sabtu, 20 Juli 2024 - 17:29 WIB

78 Views

Mahasiswa di Amerika Serikat boikot Israel Trek. (Mondoweiss)

Lima oknum kader Nahdlatul Ulama (NU) yang ramai dibicarakan masyarakat Indonesia, karena bertemu Presiden Israel Isaac Herzog, menurut pengakuan salah satu dari mereka, ternyata perjalanannya dibiayai oleh Israel Trek (Itrek).

Itrek adalah organisasi nirlaba yang berbasis di New York, Amerika Serikat, yang menyelenggarakan program perjalanan studi ke Israel untuk mahasiswa pascasarjana dan tokoh muda dari berbagai negara.

Program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung tentang Israel kepada para peserta, dengan harapan dapat meningkatkan citra Israel di mata internasional, menurut situs web mereka, itrek.org.

Itrek yang didukung oleh berbagai pengusaha dan yayasan, termasuk lebih dari 1.300 mantan pemimpin Itrek, telah memberangkatkan tidak kurang dari 25.000 peserta mengunjungi Israel.

Baca Juga: Pilkada 2024 Ajang Merajut Persaudaraan

Malah, lima oknum kader NU yang baru-baru ini berkunjung ke Israel, bertemu dan berfoto-foto tersenyum dengan Presiden Israel Isaac Herzog.

Padahal kita tahu, siapa Isaac “Bougie” Herzog, adalah petinggi zionis yang gencar mengkampanyekan Perang Gaza, yang telah merenggut puluhan ribu jiwa, dan puluhan ribu lainnya terluka. Sementara jutaan penduduk Gaza yang mayoritas anak-anak dan perempuan kini mengungsi, terunta-lunta, tanpa makanan, tanpa minuman, tanpa akses kesehatan, dan di lingkungan yang tak memadai sama sekali.

Dengan tokoh yang ratusan resolusi PBB saja tak diindahkan, tega bertemu, juga berjabat tangan, dan berfoto-foto ria? Lalu atas nama ingin berdialog, di mana nuraninya?

Itulah, bahaya lobi zionis Yahudi melalui jalur dan atas nama dialog peradaban, studi, bisnis, seni, budaya dan olahraga.

Baca Juga: Amalan-Amalan di Bulan Rabiul Awal

Boikot Itrek

Kembali ke Itrek, yang menjalankan misi lobi zionis Yahudi ternyata juga telah memiliki jangkauan yang lebih luas, dan 91% peserta Itrek justru adalah non-Yahudi.

Secara keilmuan, apa keuntungannya bergabung dengan misi pencitraan Israel lewat Itrek tersebut?

Padahal kalau kita mau tahu, program yang ditawarkan Itrek di negaranya sendiri, Amerika Serikat, malah menuai kontroversi, baik dari kalangan akademisi maupun pengusaha.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Bahkan para aktivis AS sendiri menyuarakan untuk memboikot organisasi ini, karena pandangan organisasi ini yang pro-Israel dan mengabaikan nasib warga Palestina yang tertindas.

Media online Mondoweiss, yang mengangkat isu-isu mengenai perkembangan di Israel, Palestina dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat, dalam laporannya tanggal 13 Maret 2023, menulis “Boikot Israel Trek: Jangan Berlibur di Negara Apartheid”.

Tulisan itu memuat pernyataan Komite Solidaritas Palestina Harvard College menyerukan kepada para mahasiswa untuk memboikot Israel Trek (Itrek), sebuah perjalanan yang disubsidi besar-besaran yang diselenggarakan oleh para mantan tentara Israel yang mendukung apartheid Israel.

Anggota Komite Solidaritas Palestina Harvard College menyerukan kepada para mahasiswa untuk memboikot perjalanan liburan musim semi Israel Trek ke Israel.

Baca Juga: Doa Hari Jumat yang Diamalkan Rasulullah

Kolomnis Nadine Bahour, seorang warga Palestina dari Ramallah, lulusan Harvard College tahun 2022, mengatakan meskipun penyelenggara perjalanan mengklaim bahwa mereka menawarkan penggambaran yang jujur tentang “wilayah Israel.” Namun para peserta program perjalanan tidak akan pernah mendengar mereka mengakui kejahatan apartheid Israel. Meskipun ada konsensus dari organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional dan Israel bahwa tindakan Israel seharusnya diklasifikasikan sebagai kejahatan.

Sebaliknya, para penyelenggara akan bersikeras menyangkal realitas pendudukan di bawah kedok “narasi yang berimbang atau dua sisi cerita”, ujarnya.

Paradoks semacam itu wajar terjadi ketika seseorang berharap dapat menarik Anda untuk bersantai dan menjelajah di sebuah negara kolonial, sindirnya.

Nadine Bahour  juga mempertanyakan, “Jika Anda mengikuti Israel Trek, Anda akan dijanjikan pengalaman yang mendalam, tapi apakah Anda berani melintasi pos pemeriksaan dengan warga Palestina yang setiap hari mengalami kekerasan dan tindakan tidak manusiawi untuk pergi ke tempat kerja dan sekolah?”

Baca Juga: Kepemimpinan Umat Islam dan Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

“Apakah juga Anda nanti akan mengekspos kejadian seperti Shadi Khoury, seorang siswa berusia 16 tahun yang ditangkap secara sewenang-wenang oleh tentara Israel setelah melewati pos pemeriksaan, setiap hari untuk pergi ke sekolah?” tanyanya.

Coba ke Gaza

Jika pun peserta Israel Trek, yang katanya diantar untuk melihat “kedua sisi,” coba apakah juga dapat mengajak peserta program melihat Gaza? Penjara terbuka terbesar di dunia, yang memiliki 2 juta penduduk yang diblokade darat, laut dan udara oleh Israel sejak 2007.

Pada akhirnya, kita sebagai Muslim, kita sebagai bangsa Indonesia, dan kita sebagai manusia warga dunia, tentu dengan penghayatan keagamaan, kebangsaan dan kemanusiaan, justru harusnya menekan, memboikot, bahkan menyeret para petinggi Zionis Israel itu ke jalur hukum internasional.

Baca Juga: Turkiye dari Eropanisasi, Stres, Hingga Reislamisasi

Bukannya malah ngajak diskusi, berjabat tangan lalu berfoto-foto ria, yang kemudian membuat kegaduhan dan mencederai negeri Indonesia yang terkenal kuat dukungannya terhadap perjuangan Palestina ini.

Pertanyaan besarnya adalah, seperti gunung es, apakah yang terkait dengan Itrek dan sejenisnya, yang berhubungan dengan lobi Zionis Yahudi hanya lima orang tersebut? Ini yang harus secara kuat diperhatikan oleh para petinggi, ormas dan tokoh negeri tercinta ini. Jangan sampai terjadi lagi dan jangan sampai kebobolon tercederai lagi.

Teringat nada kuat Bapak Proklamator kita, Bung Karno, yang menyatakan dengan keras tahun 1962, dalam seruannya, “selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina maka sepanjang itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajah Israel.”. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Demo Warga Israel atas Netanyahu yang Makin Meluas

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Dunia Islam
MINA Millenia
MINA Millenia
MINA Sport
MINA Health
Asia
Indonesia