Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadilah Pemimpin Seperti Lebah

Bahron Ansori - Senin, 10 Juni 2024 - 14:05 WIB

Senin, 10 Juni 2024 - 14:05 WIB

24 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan Kantor Berita MINA

Siapa yang tidak mengenal lebah? Hewan yang memberi banyak manfaat kepada manusia itu Allah ciptakan dengan banyak kelebihan. Satu di antara kelebihan lebah adalah ia mengeluarkan madu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.

Belajar dari lebah, hati saya tergelitik untuk menulis artikel ini dengan judul ‘Jadilah Pemimpin Seperti Lebah’. Sudah tentu banyak gaya dan cara dalam memimpin yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Hanya saja saya tertarik dengan falsafah lebah yang merujuk pada prinsip atau ajaran yang diambil dari perilaku manusia dalam hal ini adalah pemimpin.

Tentu kita semua sepakat, jika lebah sering kali dijadikan simbol dan teladan dalam berbagai budaya dan tradisi, termasuk dalam filsafat dan kehidupan sehari-hari, karena mereka menunjukkan sifat-sifat yang positif dan produktif.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

Sebagai pemimpin, setidaknya ada beberapa sifat dan sikap yang menjadi elemen utama dari falsafah lebah yang bisa diteladani agar kepemimpinannya sukses. Hal-hal itu antara lain sebagai berikut.

Pertama, harus bisa mengedepankan kerja sama dan kolaborasi. Lebah bekerja secara kolaboratif dalam sarang mereka. Setiap lebah memiliki tugas khusus dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menjaga kelangsungan hidup koloni dan memproduksi madu.

Ini mengajarkan betapa pentingnya seorang pemimpin untuk membangun kerja sama yang baik dengan orange-orang yang ia pimpin untuk mencapai tujuan bersama yang sudah disepakati.

Kedua, rajin dan produktif. Lebah dikenal sangat rajin dan produktif. Mereka menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk bekerja, baik mengumpulkan nektar, merawat larva, atau menjaga sarang.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Ini mencerminkan betapa pentingnya seorang pemimpin lebih rajin lagi dalam membina dan mengarahkan orang-orang yang ia pimpin. Selain itu, ia juga harus bekerja keras dan produktif dalam membangun kebersamaan bersama orang-orang yang dipimpinnya. Susah senang bersama, sehingga bisa saling merasakan satu sama lain yang pada akhirnya akan lahir rasa senasib seperjuangan.

Ketiga, ketahanan dan ketekunan. Lebah menunjukkan ketahanan dan ketekunan yang luar biasa. Mereka terbang jauh dan bekerja tanpa henti untuk mengumpulkan nektar dan serbuk sari, meskipun menghadapi berbagai rintangan.

Ini mengajarkan kepada setiap pemimpin agar tetap gigih, sabar, ulet, tidak baperan (terbawa perasaan), tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan dalam memimpin orang-orang di bawahnya. Tentu saja orang yang dimpimpin itu punya watak dan karakter yang tidak sama, maka dibutuhkan jiwa besar, hati yang legowo dalam menyikapi setiap riak yang ditimbulkan oleh orang-orang yang ia pimpin.

Keempat, keteraturan dan disiplin. Kehidupan dalam sarang lebah sangat teratur dan disiplin. Setiap lebah tahu perannya dan melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Ini mengajarkan pentingnya keteraturan dan disiplin dalam mencapai keberhasilan.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Dengan kata lain, seroang pempimpin harus bisa menerapkan manajemen atau cara mengatur orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpinnya berjalan sesuai arahannya maka setidaknya ia bisa menerapkan metode POAC: Planning, Organizing, Actuating dan Controling.

Seorang pemimpin bukan hanya dituntut untuk mampu merencanakan (planning) tapi ia juga harus bisa mengorganisir atau mengatur (organizing), menggerakkan (actuating) orang-orang yang ada di bawahnya, puncaknya ia harus mampu melakukan pengawasan (controlling) apakah orang-orang di bawahnya itu melaksanakan apa yang sudah direncanakan. Jika ada kendala, maka ia segera melakukan evaluasi.

Kelima, keberlanjutan dan kebermanfaatan. Lebah tidak hanya bekerja untuk kepentingan mereka sendiri tetapi juga memberikan manfaat besar bagi ekosistem melalui penyerbukan. Ini mengingatkan kepada setiap pemimpin bahkan setiap orang untuk bisa berkontribusi pada lingkungan dan masyarakat kita dengan cara yang positif dan berkelanjutan.

Menjadi seorang pemimpin keberadaannya harus bisa dirasakan manfaatnya oleh orang-orang yang ia pimpin dan juga lingkungan sosial di mana ia berada. Prinsip memberi dan menebar manfaat ini tentu saja sangat sesuai dengan ajaran Islam seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Khairunnas ‘anfauhum linnas’  “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain”. (HR. Ath-Thabari).

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Keenam, kemandirian dan tanggung jawab. Setiap lebah bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing dan bekerja mandiri meskipun dalam konteks kerjasama. Ini mengajarkan pentingnya kemandirian dan tanggung jawab pribadi dalam kehidupan.

Tentu saja falsafah lebah di atas bukan hanya bermanfaat bagi seorang pemimpin, tapi juga bisa diterapkan oleh setiap individu dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam pekerjaan, hubungan sosial, atau bahkan dalam sebuah komunitas. Intinya, bagi seorang pemimpin atau bukan petiklah inspirasi dari kehidupan lebah. Ada banyak hikmah dari kehidupan lebah agar kita bisa lebih belajar menjadi kolaboratif, produktif, dan bertanggung jawab dalam segala hal yang dilakukan.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom