Jahatnya dan Sombongnya Yahudi

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. (Gambar dok. knowyourmeme.com)

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj News Agency (MINA)

semakin terbuka menunjukkan kejahatan, pengrusakan, dan arogansinya di muka bumi.

Jika kita menujukan perhatian ke dalam konflik -Israel, maka dengan terang benderang kita bisa melihat sekejam apa sebenarnya kejahatan Yahudi, sedalam apa ketakutan mereka, sejauh mana kesesatannya, dan setinggi apa kesombongannya. Terlebih jika kita mengikuti sejarah bagaimana terbentuknya sebuah negara ilegal bernama Israel.

Betapa jahatnya orang-orang Yahudi yang memusuhi umat Islam dan manusia. Sehari-hari mereka berbuat jahat kepada rakyat Palestina dengan bermodal hukum rekayasa kelicikan demi membunuh, memenjarakan, menyiksa, menindas rakyat Palestina, dan merobohkan rumah serta merampas tanahnya tanpa hak. Lebih keterlaluannya lagi, anak-anak yang belum menjadi ancaman dituding bersenjata sehingga mereka tembak seperti pemburu menembak anak rusa.

Jika sehari-hari mereka membunuhi dan menangkapi orang-orang Palestina dengan bermodal hukum dan undang-undang produk ketakutan dan keserakahan, berbeda cerita di kala rakyat Palestina melakukan aksi damai sejak 30 Maret di dekat perbatasan Gaza dan Israel.

Unjuk rasa yang dinamai “Great Return March” diikuti oleh lebih 60 ribu rakyat Palestina di Gaza, bahkan ada yang memperkirakan lebih 200 ribu. Mereka berkumpul di sepanjang 45 km perbatasan Gaza dengan Israel. Para orangtua bahkan membawa para wanita dan anak-anaknya, melakukan aksi protes damai. Di hari yang bertepatan Hari Tanah ke-42 itu, mereka memberi pesan kepada Israel dan dunia internasional bahwa mereka menuntut tanah mereka kembali, yang direbut dan dijajah oleh bangsa Yahudi Israel. Aksi itu akan berlangsung hingga 15 Mei 2018.

Begitu takutnya Yahudi jika aksi damai itu menerobos pagar pembatas, sehingga mereka menempatkan kekuatan militer yang besar di perbatasan. Tidak hanya lebih 100 penembak jitu, armada tank pun disiapkan.

Begitu jahatnya Yahudi, sehingga lemparan batu yang tidak mungkin sampai dan pembakaran ban, dibalas dengan tembakan peluru-peluru tajam yang membunuh dan gas air mata yang melukai. Demostran sedang shalat, para wartawan, kaum wanita, dan anak-anak pun tidak luput dari peluru tajam, hingga mereka menjemput syahid. Padahal orang-orang itu hanya untuk mengingat agar mereka tidak lupa dengan tanah airnya, dan mereka pun tidak mengancam, tapi tetap saja mereka harus dibunuh.

Begitu sesatnya Yahudi, segala bentuk kejahatan mereka legalkan dengan undang-undang. Bangsa yang melawan mempertahankan dan menuntut tanah airnya mereka sebut “teroris”, aksi damai mereka sebut aksi kekerasan dan perisai manusia.

Dan semakin arogannya Israel, ketika tidak ada kekuatan dunia yang bisa mencegahnya berbuat jahat dan menghukumnya atas kejahatan itu. Sehebat-hebatnya polisi dunia yang bernama Dewan Keamanan PBB, selama Amerika Serikat punya hak veto, badan dunia itu tidak akan bisa menyentuh para penjahat kemanusiaan Israel.

Amerika Serikat sebagai antek Israel terbukti ketika warga Palestina pada 30 Maret dan 6 April dibunuhi oleh para sniper Israel di perbatasan Gaza, tanpa kenal malu diplomat negara itu memblokir pernyataan untuk mengecam Israel, padahal 14 dari 15 negara anggota menyatakan setuju. Padahal itu hanya pernyataan mengecam, apalagi untuk penyelidikan independen terhadap militer Israel, sebagaimana yang diserukan Sekjen PBB Antonio Guterres, Uni Eropa dan Liga Arab.

Israel yang tak tersentuh oleh hukum internasional membuat mereka semakin terang-terangan menunjukkan kesombongannya kepada dunia.

Jika sebelumnya kita sudah membaca ayat-ayat Allah di dalam Al-Quran, maka tidak perlu heran lagi meihat kejahatan dan kepongahan Yahudi yang keterlaluan.

Berbelas abad yang lalu Allah telah mengecap Yahudi dari Bani Israil sebagai pembuat kerusakan di muka bumi dua kali lipat dan pasti mereka akan menyombongkan diri.

Tidak mengherankan jika semua kalangan dibunuh oleh Yahudi, karena sebelumnya mereka pun berani membunuh para Nabi.

Bahkan Allah mengatakan bahwa kerasnya batu tidak bisa mengimbangi kerasnya hati kaum Yahudi. Sebab masih ada batu yang terbelah lalu keluar mata air darinya dan ada juga yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Namun hati orang-orang Yahudi, tak bisa luluh oleh ayat-ayat suci. (A/RI-1/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)