Tel Aviv, MINA – Sebuah jajak pendapat baru mengungkapkan bahwa 30 persen orang Israel percaya masa depan negara mereka dalam bahaya.
Survei itu dilakukan di tengah perpecahan yang melanda masyarakat sebagai akibat dari rencana pemeriksaan peradilan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, MEMO melaporkan pada Rabu (26/4).
Jajak pendapat yang dilakukan oleh surat kabar Hebrew Maariv bekerja sama dengan sebuah lembaga penelitian mengungkapkan bahwa responden yang tersisa terbagi antara 57 persen yang percaya bahwa Israel adalah realitas yang ada dan stabil dan 13 persen netral.
Jajak pendapat dilakukan pada Acara ‘Memorial Day’ ke-75 Israel yang dilaksanakan di Tel Aviv.
Baca Juga: Hamas Kutuk AS yang Memveto Gencatan Senjata di Gaza
Jajak pendapat tersebut juga mengungkapkan penurunan persentase mereka yang menganggap diri mereka bangga menjadi orang Israel, dengan 49 persen responden menyatakan posisi ini, turun tujuh persen dari tahun lalu.
Sekitar 22 persen responden percaya ancaman paling berbahaya yang dihadapi Israel adalah krisis reformasi peradilan, diikuti oleh 19 persen yang percaya itu adalah biaya hidup, 16 persen yang berpikir itu “terorisme Palestina”, sementara 13 persen yang percaya itu adalah program nuklir Iran.
Sementara responden yang lain mengatakan hubungan antara kanan dan kiri, kejahatan yang merajalela, harga rumah, kesenjangan sosial, dan hubungan antara kelompok sekuler dan agama adalah masalah utama yang menjadi perhatian.
Pendudukan Israel telah mengalami ketegangan politik yang hebat, dan demonstrasi hampir setiap hari menentang reformasi peradilan yang direncanakan pemerintah Netanyahu yang digambarkan sebagai kudeta. (T/R6/P2)
Baca Juga: Ikut Perang ke Lebanon, Seorang Peneliti Israel Tewas
Mi’raj News Agency (MINA)