Jakarta, 10 Ramadhan 1435/ 8 Juli 2014 (MINA) – Setelah menuai banyak kritikan dari berbagai, pihak redaksi Jakarta Post secara resmi meminta maaf dan menarik karikatur editorial yang terbit di halaman 7 pada koran The Jakarta Post edisi Kamis, 3 Juli 2014.
Dalam rilis melalui laman resminya sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa dini hari, The Jakarta Post menyesalkan keputusan yang tidak bijak tersebut yang sama sekali tidak bermaksud menyerang atau tidak menghormati agama mana pun.
Harian berbahasa Inggris paling terkemuka di Indonesia itu mengakui karikatur tersebut memuat simbolisme agama yang telah menyinggung.
Menurut redaksi The Jakarta Post, karikatur itu dimaksudkan untuk mengkritisi penggunaan simbol-simbol agama (khususnya bendera kelompok ISIL) dalam tindakan kekerasan secara umum, dan pada kasus ini, terhadap sesama umat Muslim.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
“Secara khusus, dimaksudkan untuk mengkritik kelompok ISIL, yang telah mengancam untuk menyerang Ka’bah di Makkah al-Mukarromah sebagai bagian dari agenda politiknya,” tulis pernyataan redaksi Jakarta Post yang disampaikan pula dalam dua bahasa (Bahasa Inggris dan Indonesia).
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, seperti dikutip Antara, mengatakan karikatur editorial yang dimuat pada halaman tujuh edisi Kamis pekan lalu mengandung unsur-unsur penghinaan terhadap Islam.
“Sebagai seorang Muslim, tentu saya sangat terkejut dengan karikatur itu. Apalagi, karikatur itu dimuat media berbahasa Inggris yang dibaca di hampir seluruh dunia melalui edisi digital,” kata Saleh Partaonan Daulay saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Menurut Saleh, terdapat beberapa unsur dalam karikatur yang menghina dan menyinggung umat Islam. Pasalnya, simbol dan tulisan-tulisan yang ada di dalam karikatur itu adalah tulisan yang memiliki makna penting dalam akidah Islam.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Kalimat “Lailaha illallah” di atas tengkorak, misalnya, adalah kalimat yang mengandung kesaksian sekaligus penyerahan diri kepada kekuasaan Allah SWT.
“Begitu juga kata-kata Allah dan Rasulullah di dalam lingkaran tengkorak adalah unsur akidah Islam paling fundamental. Seseorang dikatakan beriman sebagai Muslim jika dan hanya jika meyakini Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul,” tuturnya.
Karena itu, Saleh mengatakan tidak sepantasnya jika kalimat-kalimat suci itu dideskripsikan sebagai sesuatu yang mengandung nilai kekerasan dan permusuhan.
“Saya melihat pemuatan karikatur itu memenuhi unsur kesengajaan. Sebagai media yang terbit di Indonesia, tentu para redakturnya tahu persis psikologi sosial masyarakat Muslim Indonesia,” katanya.
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Menurut Saleh, banyak kasus pemuatan karikatur sejenis di luar negeri yang diprotes berbagai elemen masyarakat Muslim Indonesia. Karena itu, wajar jika banyak orang curiga ada agenda tersembunyi di balik pemuatan karikatur itu.
Pemimpin Pondok Pesantren Daarut Tauhid KH. Abdullah Gymnastiar juga mengecam Karikatur The Jakarta post (3/7) itu. Melalui akun resmi Twitternya @aagym, ulama yang sering di sapa AA Gym itu menyatakan karikatur itu menghina umat Islam.
“Dengan sangat melukai hati, adalah penghinaan amat keji. Demi Allah Saya tak rela,” tulis AA Gym.
Aa Gym menyerukan meski karikatur itu memuat penghinaan Islam, umat Islam tidak boleh bertindak anarkis. “Kita laporkan dan pastikan tak ada penghinaan keji seperti ini lagi,” ujar Aa Gym. (T/P02/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa