Paris, 19 Rajab 1436/8 Mei 2015 (MINA) – Jaksa Perancis telah memerintahkan penyelidikan tuduhan pemerkosaan tentara penjaga perdamaian Perancis terhadap anak-anak saat menjanjikan makanan ketika bertugas di Republik Afrika Tengah.
Keputusan itu menyusul pemberitaan di The Guardian lebih sepekan lalu, di mana dilaporkan seorang pejabat senior PBB telah diskor karena membocorkan rincian dugaan pelecehan itu kepada pemerintah Perancis.
Kantor kejaksaan Paris mengatakan, Kamis (7/5), pihaknya telah memutuskan memulai proses pidana setelah mendapat informasi dari PBB tentang tuduhan pelecehan seksual tentara Perancis ketika bertugas dalam Operasi Sangaris sebagai pasukan perdamaian.
“Investigasi akan terus di bawah otoritas hakim yang memerintahkan untuk mendapatkan kebenaran dari tuduhan itu,” Jaksa menyatakan, The Guardian melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Perancis berada di bawah meningkatnya tekanan dan kritik atas kegagalannya bertindak cepat untuk mengidentifikasi dan mengadili para prajurit yang dituduh.
PBB telah dikritik karena mengambil tindakan terhadap Anders Kompass, pejabat yang membocorkan laporan ke pemerintah Perancis.
Kompass, Direktur Operasi Lapangan, diskors bulan lalu dan menghadapi sidang disipliner internal terkait melanggar protokol PBB.
Pada Rabu (8/5) lalu, pengadilan banding menemukan, keputusan yang diberikan kepada Kompass tidak sah dan pengadilan memerintahkan pemulihan sementara jabatannya di saat manajemen internal terus mengkaji kasus tersebut.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Kebocoran yang sudah lama, membuat Perancis telah memulai penyelidikan pada Juli tahun lalu, tapi tidak ada tindakan yang diambil hingga skandal ini terbongkar pekan lalu.
Kementerian Pertahanan Perancis mengatakan telah mengumpulkan bukti dari anak-anak Republik Afrika Tengah yang menuduh tentara Perancis melakukan pelecehan seksual.
Laporan anak-anak yang dilecehkan telah diambil oleh staf PBB dan diuraikan fakta-fakta yang dilakukan terhadap sekitar 10 anak di wilayah bandara M’Poko, ibukota Bangui, antara Desember 2013 dan Juni 2014.
Sumber hukum mengatakan kepada surat kabar Le Figaro, sekitar 14 tentara Prancis berada di bawah penyelidikan, tapi sangat sedikit yang telah diidentifikasi.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Pemerintah Perancis dilaporkan menulis surat pernyataan terima kasih untuk Kompass karena melaporkan dugaan pelecehan seksual itu. (T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza