Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jama’ah Adalah Benteng Terakhir di Tengah Badai Fitnah

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 36 detik yang lalu

36 detik yang lalu

0 Views

Hidup berjama'ah adalah benteng setiap muslim dari badai fitnah (foto: ig)

DI ZAMAN yang penuh dengan fitnah, informasi berseliweran tanpa kendali, kebenaran bercampur kebatilan, dan hati manusia mudah terombang-ambing. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti malam yang gelap gulita, di mana seseorang di pagi hari beriman, namun di sore harinya menjadi kafir” (HR. Muslim). Inilah masa yang disebut sebagai akhir zaman, ketika fitnah bukan lagi sekadar cobaan, melainkan badai yang menghempas keyakinan. Maka saat inilah Jama’ah menjadi benteng terakhir yang Allah sediakan bagi hamba-hamba-Nya yang ingin tetap selamat dalam iman.

Fitnah akhir zaman datang dalam berbagai bentuk: syubhat yang mengaburkan kebenaran, syahwat yang menjerat hati, dunia yang dihias hingga melalaikan, dan pemimpin yang menyesatkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya, orang yang berdusta dipercaya, yang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah, dan orang amanah dikhianati” (HR. Ahmad). Media sosial, paham liberal, gerakan antishariah, bahkan pemikiran yang menyerupai Islam pun telah menjadi senjata fitnah. Tanpa perlindungan, siapa pun bisa terseret arus dan kehilangan iman tanpa disadari.

Jama’ah adalah sistem pertahanan yang Allah syariatkan untuk menjaga umat dari kehancuran spiritual. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya setan itu bersama orang yang menyendiri, dan ia lebih jauh dari dua orang yang bersama. Maka siapa yang ingin tinggal di tengah surga, hendaklah menetapi jama’ah” (HR. Tirmidzi). Dalam jama’ah, ada arahan, pembinaan, peringatan, dan penguat iman yang tidak dimiliki oleh mereka yang berjalan sendiri. Hidup berjama’ah bukan hanya syiar kebersamaan, tapi jalan selamat di tengah huru-hara zaman.

Tanpa jama’ah, seseorang bisa saja merasa istiqamah, padahal sedang tersesat tanpa ia sadari. Siapa yang bisa mengoreksi kita bila kita tak membuka diri dalam sistem yang teratur? Dalam jama’ah, ada syura (musyawarah), ada pembimbing, ada pemimpin, ada teman-teman yang saling menasehati dengan hak. Allah berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Qs. Ali Imran: 104).

Baca Juga: Rendah Hati di Zaman yang Mengagungkan Eksistensi

Badai fitnah akhir zaman tidak bisa dihadapi hanya dengan kekuatan pribadi. Kita bukan Nabi, bukan pula sahabat Nabi yang keteguhan imannya tak tergoyahkan. Maka saat Allah menawarkan perlindungan lewat struktur jama’ah, menolaknya adalah kesombongan yang berbahaya. “Barang siapa yang memisahkan diri dari jama’ah sejengkal saja, lalu ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jama’ah bukan sekadar kumpulan orang shalih, tapi adalah sistem ilahi untuk menyelamatkan iman manusia. Ia mengajarkan ketundukan, keikhlasan, keteraturan, dan disiplin. Dalam jama’ah, kita belajar menundukkan ego, menerima koreksi, dan bersatu dalam visi perjuangan Islam. Inilah wadah di mana kita tidak hanya menguatkan diri sendiri, tapi juga menjadi bagian dari kekuatan umat.

Banyak yang meninggalkan jama’ah karena merasa kecewa dengan manusia di dalamnya. Tapi jama’ah bukan tempat mencari kesempurnaan manusia, melainkan tempat menempa diri menuju kesempurnaan amal. Bahkan di masa para sahabat pun ada perselisihan, namun mereka tetap menjaga jama’ah karena tahu risikonya jika tercerai-berai. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang kepada mereka keterangan yang jelas” (Qs. Ali Imran: 105).

Untuk yang belum berjama’ah, inilah saatnya Anda merapat sebelum badai semakin mengganas. Dan untuk yang sudah menetapi jama’ah, inilah waktunya untuk memperteguh ikatan, luruskan niat, dan sabar dalam tarbiyah. Jama’ah memang tidak sempurna, tapi ia lebih aman daripada sendirian. Ingatlah, orang yang sendirian akan lebih mudah digoda setan daripada yang berada dalam barisan kebenaran.

Baca Juga: Belajar Memaafkan Meski Hati Belum Ikhlas

Jama’ah adalah benteng terakhir, tempat kita berlindung dari godaan akhir zaman yang membinasakan iman. Jangan tunda lagi untuk menetapi jalan ini dengan sungguh-sungguh. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Tangan Allah bersama jama’ah” (HR. Tirmidzi). Jika tangan-Nya bersama jama’ah, maka siapa yang mau hidup tanpa perlindungan dari-Nya?[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Jangan Hanya Islam di KTP, Jadikan Islam di Hati

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Khadijah
Indonesia
MINA Preneur