Cileungsi, Kabupaten Bogor, MINA – Wadah kesatuan umat Islam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menggelar Tabligh Akbar dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1442H pada Ahad (4/4/2021).
Tabligh Akbar dengan mengangkat tema “Berjama’ah Adalah Fitrah Dalam Menghadapi Berbagai Fitnah dan Krisis Akhir Zaman”, dengan puncak acara berpusat di Masjid At-Taqwa Ponpes Al-Fatah Cileungsi, Bogor.
Tabligh Akbar kali ini dilaksanakan secara virtual (online) dan serentak di berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Nigeria, Uganda, Sudan, dan Palestina.
Tabligh Akbar ini disiarkan secara langsung melalui platform media sosial seperti Zoom Meeting dan kanal YouTube Al-Jama’ah TV.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
“Kali ini Tabligh diselenggarakan secara terbatas, hanya dihadiri secara fisik oleh umat Islam di sekitar Cileungsi. Selebihnya mengikuti Tabligh secara virtual di daerah masing-masing melalu platform Zoom dan streaming YouTube Al-Jamaah TV,” kata ketua Panitia Tabligh Akbar Ibnu Mas’ud.
Siaran berlangsung pada pukul 08.00-11.50 WIB, diliput dari berbagai titik yang digunakan sebagai pusat kegiatan Tabligh Akbar di berbagai wilayah yakni, Masjid At-Taqwa Ponpes Al-Fatah Cileungsi, Masjid AN-Nubuwwah Muhajirun Lampung Selatan, Masjid Ihyaussunnah Ponpes Al-Fatah Batam, bahkan hingga wilayah terjauh di Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur, dengan diikuti protokol kesehatan dan keselamatan dari COVID-19 yang ketat.
Tabligh Akbar ini menghadirkan pembicara utama yakni Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur, Pembina Jaringan Ponpes Al-Fatah KH. Abul Hidayat Saerodjie, Dosen Universitas USIM Malaysia Dr. Ahmed Abdul Malik, Pengasuh Ponpes Al-Fatah Maos Arif Hizbullah, M.A., juga tayangan video tausyiah dari ulama Gaza Palestina, Syaikh Prof Mahmud Anbar, Dr. Abdullah Abu Bakar (ulama Thailand), Syaikh Watteau Datu Ibrahim (ulama Filipina), Dr. Dato Rusli Abdullah (ulama Malaysia). Selain itu, acara ini dibawakan oleh Sekretaris Redaksi MINA Widi Kusnadi selaku pembawa acara.
Berjam’ah Fitrah Umat Islam
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Dalam tausyiahnya, Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur mengatakan Kehidupan berjama’ah merupakan syariat Islam yang fundamental, tidak bisa dipisahkan dengan syariat lainnya, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk berpegang teguh kepada tali agama Allah dalam bingkai hidup berjama’ah, tidak bergolong-golong, dan berpecah belah (berfirqah-firqah).
“Dengan berjama’ah, Islam mampu berdiri kokoh menaungi dunia dengan kedamaian. Hal itu terbukti pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam. Dengan datangnya Islam, mereka menjadi masyarakat yang aman, tenteram dan hidup penuh kedamaian. Rasul menjadi Imaam dan para sahabat menjadi makmumnya. Sementara orang-orang yang belum mererima Islam, mereka bersepakat dalam sebuah perjanjian yaitu Piagam Madinah,” tuturnya.
Indahnya Islam juga dirasakan hingga setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam wafat. Abu Bakar diangkat sebagai Amiirul Mukminin, memimpin umat untuk senantiasa taat menjalankan syariat. Begitupun setelah beliau wafat, diangkatlah Umar, selanjutnya Utsman dan Ali bin Abi Thalib. Kepemimpinan empat sahabat itulah yang menjadi potret terbaik kehidupan berjamaah, yang oleh Rasul disebut sebagai Khilafah ala Minhajin Nubuwah.
Akan tetapi, lanjut Imaam Yakhsyallah, ketika hidup berjama’ah dengan satu kepemimpinan mulai ditinggalkan, Islam lambat laun terjun bebas kepada titik terendah dan pada akhirnya dilecehkan oleh musuh-musuh Islam.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
“Lihatlah saat ini, di Palestina, puluhan tahun rakyatnya menderita, tanpa ada yang mampu menolongnya. Muslim di Rohingya dibunuh, para wanitanya diperkosa, mereka teraniaya, tetapi tidak ada yang mampu berbuat sesuatu untuk menghentikannya Muslim di Xin jiang juga bernasib sama, namun tidak ada yang mampu memberi advokasi kepada mereka. Itulah potret ummat Islam yang tidak memiliki kepemimpinan, mereka teraniaya dan tidak ada yang mampu menyelamatkan dan memberi pertolongan,” pungkasnya.
Pembina Jaringan Ponpes KH. Abul Hidayat Saerodjie menyatakan, masyarakat Islam, umat Al-Jama’ah merupakan bentuk masyarakat terikat pada nilai-nilai akidah dan ukhuwah yang berpegang teguh pada syariah (hukum Allah) dan sunnah para Nabi. Bukan atas dasar ekonomi, politik, etnis, dan kepentingan lainnya.
Sementara Dosen Universitas USIM Malaysia Dr. Ahmed Abdul Malik, mengatakan, menumbuhkan dan membina hidup berjama’ah harus dengan hidup bersama yang serasi, rukun dan dinamis.
“Menumbuhkan dan membina hidup sejahtera, yakni hidup yang terpenuhi kebutuhan lahir dan batin bagi segenap warga jama’ah. Kesemuanya itu untuk mengantarkan warga jama’ah dalam pengabdiannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kepada bangsa dan negara serta kemaslahatan manusia pada umumnya,” ujarnya.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Sambut Bulan Ramadhan
Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur juga memberikan tausyiah agar ummat lslam bergembira dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan 1442 H, , pada saat umat lslam dan warga dunia masih berjuang mengatasi Pandemi Covid-19 dan berbagai persoalan lainnya.
“Hendaknya pada bulan Ramadhan 1442 H ini kaum Muslimin berusaha menggapai keutamaan Ramadhan dengan memaksimalkan ibadah baik yang bersifat mahdhah (ritual) maupun ibadah ghairu mahdhah (sosial) seperti membaca Al-Quran, shalat tarawih (qiyamul lail), ltikaf, shilatunahim, berinfaq (bersedekah), meningkatkan etos kerja, dan sebagainya,” kata Imaam Yakhsyallah.
Secara khusus kepada media massa, kami mengimbau agar membantu umat lslam untuk melaksanakan segenap ibadah Ramadhan dengan sebaik-baiknya dalam suasana yang kondusif. Hendaknya media massa mendorong semua pihak untuk menghormati kesucian Ramadhan dan tidak sekadar mengejar rating tinggitanpa mengindahkan kekhusyuan ibadah.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
“Semoga puasa Ramadhan tahun ini mampu membangun kepribadian sebagai manusia taqwa yang berjiwa ihsan, menyentuh relung jiwa dengan kelemahlembutan melahirkan kasih sayang kepada sesama dan mampu mengikis setiap emosional yang destruktif dan mampu memperkokoh jiwa itsariyah (altruisme) pada kepedulian sosial terhadap sesama umat, bangsa, dan manusia pada umumnya,” tambahnya.
Imaamul Muslimin agar mengimbau dalam menyambut bulan suci ini dapat mendoakan untuk terwujudnya kesatuan umat lslam dan kedamaian dunia, khususnya untuk pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Palestina.
Acara ini merupakan puncak dari rangkaian acara Taklim Pusat Virtual 1442 H Jama’ah Muslimin (Hizbullah).
Sebelumnya telah diselenggarakan Konsolidasi dan Taklim Muslimat Pusat dengan tema “Pentingnya Meningkatkan Ketahanan Keluarga dalam Menghadapi Perubahan Dunia” dan Webinar Internasional yang diselenggarakan oleh Aqsa Working Group (AWG) dengan tema “Menggalang Kerjasama Universal dalam Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina”.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Rangkaian acara dari Taklim Pusat juga diantaranya Kejuaraan Karate Nasional dan Sayembara Karya Ilmiah Nasional.
Kegiatan ini bekerjasama dengan STAI Al-Fatah, Alfa Centauri, Language Course for Da’wah and Ummah (LCDU), dengan media partner Rasil Network dan Kantor Berita MINA.
Pondok Pesantren Al-Fatah telah menginisiasi kegiatan tahunan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) sebagai momen muhasabah, dakwah dan sekaligus persiapan menyambut bulan Ramadhan 1442 H dalam kegiatan Taklim Pusat Virtual.
Kegiatan Taklim Pusat menyambut bulan Ramadhan ini adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi setiap akhir Sya’ban dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Sebelum pandemi, Taklim Pusat ini biasanya dihadiri puluhan ribu jamaah dari berbagai daerah, bahkan luar negeri. (A/R1/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta