Jama’ah Muslimin Sampaikan Pernyataan Sikap Soal Kekerasan Muslim Assam India

(Foto: Scroll.in)

Jakarta, MINA –  Wadah kesatuan umat Islam sedunia, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) melalui Majelis Ukhuwah Pusat (MUP) menyatakan sangat prihatin atas kekerasan anti- yang baru-baru ini terjadi di Distrik Darrang di negara bagian Assam, timur laut, maupun insiden serupa lainnya yang terjadi di seluruh wilayah negara tersebut.

Amir MUP Jama’ah Muslimin (Hizbullah) H. Bustamin Utje mengatakan pihaknya menyayangkan terjadinya tragedi kemanusian yang telah dialami oleh masyarakat Assam di timur laut India yang telah menelan korban jiwa dan harta.

“Kami mengecam secara keras tindakan penggusuran paksa yang disertai kekerasan ini sebagai bentuk kesewenang-wenangan dan tidak berperikemanusiaan dipandang dari segi kemanusiaan dan keagamaan,” kata H. Bustamin kepada Kantor Berita MINA, Senin (4/10).

Dia menjelaskan, penggusuran yang dimulai pada 20 September itu bertujuan mengusir penduduk yang sebagian besar Muslim dan berbahasa Bengali dari rumah mereka.

Sebagai tanggung jawab kemanusiaan, Bustamin juga menyerukan kepada seluruh masyarakat dunia untuk turut mengecam segala tindak kekerasan dan kesewenang-wenangan tanpa memandang warna kulit, ras, agama dan golongan.

Pernyataan sikap Jama’ah Muslimin (Hizbullah) soal pengusiran Paksa Muslim di Assam India ini secara resmi dikirimkan melalui surat pernyataan yang ditandatangani H. Bustamin Utje hari ini kepada Kedutaan Besar India Jakarta.

Hingga berita ini ditulis, pihak Kedutaan India di Jakarta tidak mau menerima dan belum merespon surat pernyataan sikap yang dikirimkan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tersebut.

Utje menyatakan keheranannya atas sikap diam dan kurangnya tanggapan yang tepat dari masyarakat internasional terhadap situasi di Assam, India tersebut.

Dalam pernyataan itu, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) mendesak petugas gabungan keamanan distrik Darrang Assam melalui pemerintah India untuk segera menghentikan segala tindak pemaksaan yang disertai tindak kekerasan.

“Kami mendesak pemerintah Indonesia baik melalui perwakilannya yang ada di India maupun delegasi Internasional lainnya untuk menyuarakan protes keras atas kejadian ini,” ujar Bustamin.

Dia menambahkan, khusus kepada seluruh masyarakat Muslim Assam yang telah diperlakukan dengan sewenang-wenang semoga senantiasa diberi kesabaran serta tabah dalam menghadapi cobaan ini.

Saat ini, hampir 800 keluarga diusir dalam aksi itu dan empat bangunan keagamaan dihancurkan. Penggusuran terjadi walaupun 246 orang telah mengajukan petisi untuk tetap tinggal dan sidang yang dijadwalkan pada Selasa ditunda.

Sebuah video viral di media sosial menunjukkan polisi menembaki warga sipil saat mereka tengah bersembunyi dibalik pohon dan gubuk dengan dua orang dipastikan tewas. Salah seorang korban adalah Sheikh Farid, bocah lelaki yang berusia 12 tahun. Sementara korban lain, Moinul Haque ditembak di bagian dada dan dipukul hingga tewas dengan tongkat.

Bahkan, setelah kematian Haque, seorang fotografer terlihat berulang kali menendang mayatnya. Banyak istri dan anak-anak yang telah kehilangan rumah mereka dan sosok pencari nafkah di keluarga mereka. Padahal para korban memiliki kartu Aadhaar, bukti identitas mereka dan hak tinggal di sana.

Populasi Muslim Assam adalah 1/3 dari 30 juta orang, yang merupakan populasi Muslim terbesar kedua dalam hal persentase, setelah Kashmir.(L/R1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.