Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jama’ah sebagai Benteng Keimanan dan Ukhuwah

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 26 detik yang lalu

26 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

DALAM tradisi Islam, jama’ah bukan sekadar kumpulan individu, melainkan institusi yang memperkuat struktur sosial dan spiritual umat. Fakta ilmiah dalam sosiologi menyebutkan bahwa kelompok sosial yang memiliki tujuan bersama cenderung memperkuat identitas individu di dalamnya. Jama’ah dalam konteks ini berperan sebagai agen penguat keimanan dengan menyediakan lingkungan yang mendukung ketaatan kepada Allah SWT

Keimanan tidak bisa berdiri sendiri, ia butuh penjagaan dan dukungan. Dalam kehidupan modern yang penuh fitnah dan godaan, kehadiran jama’ah menjadi penting untuk membentengi seseorang dari kemerosotan spiritual. Kajian psikologi menyatakan bahwa dukungan sosial (social support) memiliki dampak besar terhadap stabilitas mental dan spiritual seseorang

Ukhuwah bukan sekadar konsep abstrak; ia adalah kekuatan yang membentuk jaringan empati dan tolong-menolong. Jama’ah sebagai wadah ukhuwah Islamiyah membuktikan bagaimana hubungan sesama muslim bisa menjadi kekuatan sosial yang nyata, seperti terlihat dalam gerakan dakwah, solidaritas bencana, hingga kegiatan sosial keumatan yang masif.

Di tengah arus globalisasi dan individualisme, jama’ah berperan sebagai benteng pertahanan nilai-nilai kolektivitas. Individualisme yang tinggi terbukti secara ilmiah berkaitan dengan meningkatnya depresi, isolasi sosial, dan lemahnya kepedulian sosial. Jama’ah hadir sebagai antitesis dari gaya hidup individualistik tersebut.

Baca Juga: Al Aqsa Tak Pernah Sendiri, Umat Sedang Bergerak

Dengan banyaknya paham sesat dan ideologi menyimpang yang berkembang, jama’ah menjadi filter dan pelindung aqidah umat. Dalam jama’ah, pembinaan aqidah dilakukan secara terus-menerus, baik melalui majelis ilmu, halaqah, maupun diskusi-diskusi rutin, sehingga umat memiliki ketahanan ideologis yang kokoh.

Jama’ah bukan hanya tempat menjaga iman, tapi juga ruang untuk mengembangkan dakwah secara berjamaah. Dakwah yang dilakukan secara kolektif lebih efektif dan sistematis daripada perorangan. Ilmu komunikasi menyatakan bahwa pesan yang disampaikan melalui kelompok lebih mudah diterima dan dipercaya oleh masyarakat luas.

Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan dan Ketaatan

Dalam jama’ah, sistem imamah atau kepemimpinan melatih anggota untuk taat dan disiplin terhadap aturan. Hal ini sangat penting dalam kehidupan umat, sebab Islam menekankan pentingnya struktur dan kepatuhan dalam urusan dunia dan akhirat. Jama’ah menjadi medan pembelajaran kepemimpinan yang efektif.

Baca Juga: Pentingnya Regenerasi dan Kaderisasi

Jama’ah membentuk karakter anggotanya melalui interaksi, taushiyah, dan kebersamaan dalam amal. Ilmu psikologi perkembangan menyebutkan bahwa karakter individu banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Maka jama’ah menjadi medium pembentukan akhlak mulia secara kolektif dan berkelanjutan.

Kenyataan hari ini memperlihatkan banyaknya tantangan terhadap umat Islam: islamofobia, kemiskinan, krisis akhlak, hingga konflik internal. Jama’ah yang solid mampu menjadi motor penggerak solusi atas berbagai krisis tersebut. Misalnya, jama’ah di berbagai daerah telah menjadi penggerak ekonomi umat lewat koperasi syariah dan usaha bersama.

Umat membutuhkan pembinaan yang terus menerus, tidak cukup hanya melalui khutbah Jumat. Jama’ah menyediakan program tarbiyah rutin, pendidikan keluarga, hingga pembinaan pemuda. Ini menjawab kebutuhan spiritual dan intelektual yang tidak bisa dipenuhi oleh sistem pendidikan umum yang sekuler dan pragmatis.

Dalam jama’ah, seseorang belajar berinteraksi, menyelesaikan konflik, mengelola emosi, dan menjaga silaturahmi. Ilmu sosiologi menyebutkan bahwa kelompok sosial menjadi tempat terbaik dalam mengembangkan kecerdasan emosional (EQ). Ini terbukti dalam jama’ah yang aktif menggelar kegiatan bersama dan pembinaan emosional berbasis nilai-nilai Islam.

Baca Juga: Dinamika Hidup Berjama’ah di Era Modern

Umat Islam menghadapi banyak masalah seperti narkoba, pergaulan bebas, hingga kemiskinan. Jama’ah menjadi garda terdepan dalam merespon problematika ini dengan cara terstruktur dan berbasis nilai syariat. Misalnya, banyak jama’ah menginisiasi program anti narkoba, santunan anak yatim, dan pendidikan gratis.

Jama’ah dapat berfungsi sebagai miniatur masyarakat Islam yang ideal. Dalam jama’ah terlihat bagaimana prinsip syura, keadilan, solidaritas, dan kejujuran dipraktikkan secara nyata. Masyarakat umum bisa melihat dan meneladani nilai-nilai tersebut dari jama’ah yang hidup dan aktif dalam kehidupan sosial.

Perpecahan di tubuh umat Islam seringkali terjadi akibat lemahnya komunikasi dan koordinasi. Jama’ah yang sehat berperan sebagai penyatu, bukan pemecah. Lewat musyawarah dan ukhuwah, perbedaan bisa disikapi secara dewasa. Ini dibuktikan oleh banyaknya forum lintas ormas yang lahir dari interaksi jama’ah yang aktif berdakwah di masyarakat.

Akhir zaman dipenuhi fitnah dan kerusakan moral. Jama’ah adalah obor penerang di tengah kegelapan itu. Dengan menjaga jama’ah, berarti seseorang telah menjaga keimanan, ukhuwah, dan arah hidupnya menuju ridha Allah. Fakta hari ini membuktikan bahwa individu yang hidup dalam jama’ah cenderung lebih istiqamah dan produktif dibandingkan yang berjalan sendiri-sendiri.[]

Baca Juga: Zionis Israel, Bangsa Tanpa Akar, Hidup dari Rampasan

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Preneur
MINA Health