JAMES Balfour (1848-1930) adalah seorang politikus Inggris yang terkenal karena perannya dalam politik internasional pada awal abad ke-20, terutama melalui Deklarasi Balfour pada tahun 1917. Sebagai anggota Partai Konservatif, Balfour menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris dari 1902 hingga 1905 dan juga memegang berbagai posisi penting lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri. Meskipun karier politiknya dihormati di Inggris, warisannya lebih banyak dikenal karena tindakannya yang berujung pada penderitaan rakyat Palestina.
Balfour dikenal sebagai tokoh yang mendukung kuat kebijakan imperialisme Inggris, yang berfokus pada ekspansi dan pengaruh politik di wilayah Timur Tengah. Ia melihat Palestina sebagai tanah yang bisa digunakan untuk mendukung tujuan Zionis, yang mendambakan pendirian negara Yahudi. Melalui Deklarasi Balfour, ia memberikan dukungan politik kepada gerakan Zionisme tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap rakyat Palestina, yang akhirnya harus menghadapi penjajahan, perampasan tanah, dan peminggiran sosial.
Tindakan ini menjadikan Balfour sebagai salah satu arsitek ketidakadilan yang memicu ketegangan yang berlangsung lama antara Yahudi dan Arab, serta mengarah pada pembentukan negara Israel yang mengakibatkan penderitaan berkepanjangan bagi bangsa Palestina hingga kini. Berikut ini adalah daftar hitam kejahatan Balfour.
Kejahatan Politik dan Dampak Negatifnya
Baca Juga: Wilhelmi Massay, Relawan Tanzania, Masuk Islam Setelah Menyaksikan Genosida di Gaza
Pertama, Deklarasi Balfour (1917). Pada tanggal 2 November 1917, Balfour mengeluarkan Deklarasi Balfour, sebuah surat yang menyatakan dukungan Inggris terhadap pendirian “rumah nasional bagi bangsa Yahudi” di Palestina, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman dan kemudian berada di bawah mandat Inggris setelah Perang Dunia I. Meskipun tampaknya hanya sebuah janji politik, deklarasi ini memicu ketegangan yang berkelanjutan di wilayah tersebut, yang akhirnya berkontribusi pada konflik Israel-Palestina yang masih berlangsung hingga kini.
Kedua, Pengabaian Terhadap Kepentingan Rakyat Palestina. Keputusan Balfour untuk mendukung ide tersebut tanpa mempertimbangkan hak-hak bangsa Arab Palestina menunjukkan sikap imperialistik yang mengabaikan keinginan dan kepentingan penduduk asli. Keputusan ini menyebabkan semakin terpinggirnya masyarakat Palestina, yang merasa hak-haknya telah dirampas demi kepentingan negara-negara Barat dan Zionisme.
Ketiga, Pembuat Ketidakstabilan di Palestina. Keputusan politik Balfour yang mendukung Zionisme menyebabkan ketegangan yang meningkat antara Yahudi dan Arab di Palestina. Dalam jangka panjang, hal ini memicu kekerasan sektarian dan menciptakan ketidakstabilan yang terus berlanjut hingga abad ke-21.
Kelima, Peran dalam Pembentukan Mandat Inggris di Palestina. Sebagai Menteri Luar Negeri Inggris pada saat itu, Balfour juga berperan besar dalam pembentukan mandat Inggris di Palestina setelah Perang Dunia I. Mandat ini memberi Inggris kontrol administratif atas wilayah tersebut dan memungkinkan mereka untuk meneruskan kebijakan-kebijakan yang mendukung kepentingan Zionis, meskipun kebijakan tersebut berlawanan dengan keinginan bangsa Palestina untuk merdeka dan mempertahankan tanah mereka.
Baca Juga: Abu Tanjong Bungong Ulama Ahli Falak Aceh
Keenam, Keterlibatan dalam Penindasan Rakyat Palestina. Balfour dan pemerintahan Inggris terus mendukung imigrasi Yahudi ke Palestina selama periode Mandat Inggris, yang menyebabkan semakin banyak tanah Palestina yang diambil alih dan digunakan untuk mendirikan pemukiman-pemukiman Yahudi. Tindakan ini membuat rakyat Palestina semakin terpinggirkan dan merasa terancam oleh kebijakan kolonial yang diambil oleh pemerintah Inggris.
Warisan dan Kontroversi
Meskipun Balfour dikenal di Inggris sebagai politisi yang terhormat, tindakannya di Palestina meninggalkan warisan yang penuh dengan kebrutalan. Bagi banyak orang, terutama di dunia Arab dan Palestina, Balfour dianggap sebagai salah satu arsitek utama dari ketidakadilan yang menyebabkan penderitaan bertahun-tahun bagi rakyat Palestina hingga detik ini. Keputusan-keputusan politiknya telah memicu penderitaan, eksodus, dan ketegangan yang berlanjut hingga hari ini, menjadikannya salah satu tokoh yang paling dipertanyakan dalam sejarah politik Inggris dan Timur Tengah.
Kehidupan dan tindakan balfour/">Arthur James Balfour adalah cermin dari kebijakan kolonial yang merugikan banyak pihak. Meski sejarah mencatatnya sebagai seorang negarawan di Inggris, bagi banyak orang, ia adalah arsitek dari penderitaan yang tak berkesudahan di Palestina.
Baca Juga: Sejarah Kelam David Ben-Gurion: Zionisme, Penjajahan, dan Penderitaan Palestina
Kejahatan Terhadap Bangsa Palestina dan Dunia Arab
balfour/">Arthur James Balfour tidak hanya sekadar seorang politikus yang memutuskan kebijakan luar negeri Inggris; ia juga merupakan pelaku langsung dari kebijakan yang membawa penderitaan besar bagi bangsa Palestina dan dunia Arab. Salah satu tindakan paling mengerikan yang dilakukan oleh Balfour adalah pemberian dukungan terbuka kepada ideologi Zionisme, yang bertujuan mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina.
Ketika Balfour mengeluarkan deklarasi yang terkenal itu pada tahun 1917, ia secara langsung mengingkari hak-hak rakyat Palestina yang telah lama mendiami tanah tersebut. Kebijakan ini tidak hanya mengabaikan suara dan keinginan bangsa Palestina, tetapi juga membuka jalan bagi agresi dan penjajahan terhadap mereka oleh kelompok-kelompok Zionis yang didukung oleh kekuatan imperialistik Inggris.
Pendirian Negara Israel dan Pembantaian Palestina
Baca Juga: Mengenang 29 Tahun Kesyahidan Yahya Ayyash, Insinyur Pejuang Pemberani
Balfour, meski sudah meninggal sebelum pendirian negara Israel, secara tidak langsung memfasilitasi penciptaan negara tersebut. Keputusan-keputusan politiknya yang mendukung imigrasi Yahudi ke Palestina memberi landasan bagi pendirian negara Israel pada tahun 1948. Akibatnya, ratusan ribu orang Palestina terpaksa mengungsi dari rumah mereka dalam sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Nakba, atau “kehancuran”. Banyak di antara mereka yang dibunuh, dipaksa meninggalkan tanah mereka, dan terpaksa hidup di pengungsian. Meskipun Balfour bukan satu-satunya yang bertanggung jawab, kebijakan yang ia terapkan berperan besar dalam pembentukan negara Israel dan dampaknya yang menghancurkan bagi bangsa Palestina.
Menyuburkan Ketegangan Antar Bangsa
Kebijakan Balfour dan dukungannya terhadap Zionisme juga menyebabkan ketegangan yang mendalam antara dunia Arab dan Barat. Ketika Inggris mengingkari janji mereka untuk menghormati kedaulatan dan kemerdekaan bangsa Arab di wilayah tersebut, yang sudah dilanggar melalui Deklarasi Balfour, hal itu menyebabkan permusuhan dan ketidakpercayaan yang berkelanjutan antara negara-negara Arab dan Inggris.
Negara-negara Arab melihat kebijakan Balfour sebagai sebuah pengkhianatan, mengingat Inggris sebelumnya telah berjanji mendukung kemerdekaan Arab melalui Revolusi Arab yang dipimpin oleh T.E. Lawrence. Kebijakan Balfour, dalam banyak hal, memperburuk hubungan internasional dan memicu berbagai konflik yang hingga kini terus berlangsung di Timur Tengah.
Baca Juga: Syeikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Kunci Sanad Ulama Nusantara
Balfour dan Perdagangan Tanah Palestina
Salah satu tindakan mengejutkan dan mengerikan dari Balfour adalah cara ia dan pemerintah Inggris pada masa itu membiarkan perdagangan tanah Palestina ke tangan orang-orang Yahudi, tanpa memperhitungkan hak-hak bangsa Palestina. Orang-orang Yahudi, sebagian besar dari Eropa, dibantu untuk membeli tanah-tanah subur di Palestina, yang menyebabkan orang Palestina yang telah tinggal di sana selama berabad-abad kehilangan rumah mereka. Proses ini dianggap sebagai salah satu bentuk pencurian tanah yang kejam, di mana para pemilik asli tanah dipaksa pergi atau disingkirkan demi kepentingan ekspansi Zionisme yang didorong oleh kebijakan Inggris yang dipimpin oleh Balfour.
Penyokong Imperialisme dan Penindasan Kolonial
Arthur Balfour juga dikenal sebagai salah satu pendukung utama kebijakan imperialisme Inggris yang menindas bangsa-bangsa lain demi kepentingan ekonomi dan politik Inggris. Dalam banyak hal, ia melihat wilayah-wilayah seperti Palestina sebagai properti yang bisa diperdagangkan atau dikuasai untuk keuntungan politik Inggris dan pengaruh Barat.
Baca Juga: Teungku Chik di Awe Geutah, Jejak Sumur Penawar dan Zamzam dari Tanah Arab
Dengan memberikan janji kosong kepada Zionisme, Balfour membantu mempertahankan dominasi kolonial Inggris atas wilayah yang lebih luas, yang pada gilirannya memperburuk ketidakadilan sosial, politik, dan ekonomi bagi bangsa-bangsa terjajah, termasuk Palestina. Tidak hanya bangsa Palestina yang menderita, tetapi kebijakan kolonial ini memperlihatkan wajah Inggris yang jauh dari belas kasih dan penuh dengan penindasan yang kejam.
Dengan segala kebijakan dan tindakan yang ia ambil, Balfour menjadi simbol dari pemikiran kolonial yang tidak hanya menindas, tetapi juga memperpanjang penderitaan dan konflik di kawasan yang masih menyaksikan dampaknya hingga kini.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sri Aminah, Ikan Asin, dan Kisah ‘Kebersamaan yang Meredup’