Islamabad, MINA – Pakistan mendesak perhatian dan peran komunitas internasional, khususnya PBB, untuk mengakhiri penderitaan anak-anak jammu dan Kashmir yang ditolak haknya untuk mendapatkan pendidikan.
Saat dunia memperingati Hari Pendidikan Internasional pada Senin, 25 Januari 2021, Pakistan menyoroti penderitaan anak-anak di Jammu dan Kashmir yang Diduduki India secara ilegal, sehingga menderita pengepungan militer yang tidak manusiawi dan “holocaust digital”.
“Pada Hari Pendidikan Internasional, kami menarik perhatian masyarakat (internasional) khususnya (Perserikatan Bangsa-Bangsa) terhadap penderitaan anak-anak Jammu dan Kashmir, yang masih dirampas haknya atas pendidikan karena pengepungan militer yang tidak manusiawi dan holocaust digital yang diberlakukan oleh India,” kata Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan resminya.
Jammu dan Kashmir mengalami blokade sejak 5 Agustus 2019, yakni ketika India mengubah status quo negara bagian itu. Sejak itu, ratusan orang yang sebagian besar tokoh politik telah ditangkap oleh pihak berwenang.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Jammu dan Kashmir telah lama menjadi salah satu titik api paling berbahaya di dunia dan merupakan daerah yang sangat militeristik. India dan Pakistan sama-sama mengklaim Kashmir, namun keduanya saat ini hanya mengendalikan sebagian wilayah itu saja.
Hampir 98% dari populasi akan berada di wilayah persatuan Jammu dan Kashmir yang terdiri dari dua wilayah, yaitu lembah Kashmir yang berpenduduk mayoritas muslim dan Jammu yang mayoritas Hindu. Terdapat sekitar delapan juta warga muslim di Kashmir dan sekitar enam juta umat Hindu di Jammu.(T/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun