Di tengah derasnya arus informasi yang menyelimuti kehidupan kita, muncul sebuah tantangan besar bagi setiap Muslim: bagaimana menjaga lisan dan sikap agar tidak terjerumus dalam budaya “qila wa qala”—perkataan tanpa ilmu yang hanya menebar kabar burung dan fitnah. Di zaman di mana berita palsu mudah menyebar dan opini sering dianggap fakta, akhlak seorang Muslim diuji.
Mampukah kita menjadi hamba yang menjaga kehormatan lisan, atau justru menjadi bagian dari kerusakan yang meluas? Mari kita renungkan, karena setiap kata yang terucap akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta’ala.
Istilah “qila wa qala” berasal dari ungkapan dalam bahasa Arab yang berarti “katanya ini dan katanya itu.” Dalam konteks ini, qila wa qala merujuk pada kebiasaan seseorang atau kelompok yang gemar menyebarkan kabar burung, rumor, atau informasi yang tidak jelas sumbernya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan umat Islam agar tidak menjadi bagian dari generasi seperti ini karena akan menimbulkan kerusakan di masyarakat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Kecemasan Dunia akan Komitmen Gencatan Senjata di Gaza
«إِنَّ اللَّهَ يَبْغَضُ الْقِيلَ وَالْقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ»
“Sesungguhnya Allah membenci qila wa qala (perkataan yang tidak jelas kebenarannya), banyak bertanya yang tidak bermanfaat, dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Muslim, no. 593).
Al-Qur’an mengajarkan umat Islam untuk berhati-hati dalam berbicara. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra: 36). Ayat ini mengajarkan pentingnya memiliki dasar yang jelas sebelum menyampaikan informasi.
Ketika seseorang menjadi penyebar informasi yang tidak benar, ia tidak hanya merugikan orang lain tetapi juga memikul dosa besar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Gencatan Senjata, Kartu Trump untuk Normalisasi Israel-Arab Saudi?
«كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ»
“Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menceritakan setiap yang ia dengar.” (HR. Muslim, no. 5). Hadis ini menjadi peringatan bahwa menyebarkan setiap informasi tanpa memverifikasi kebenarannya dapat menjadi sebab dosa besar.
Generasi Qila Wa Qala di Akhir Zaman
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan bahwa salah satu tanda akhir zaman adalah banyaknya orang yang berbicara tanpa ilmu. Beliau bersabda,
«يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ، يَأْتُونَكُمْ مِنَ الْأَحَادِيثِ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ، لَا يُضِلُّونَكُمْ وَلَا يُفْتِنُونَكُمْ»
“Akan muncul di akhir zaman pendusta-pendusta besar yang membawa berita-berita yang belum pernah kalian dengar sebelumnya, juga oleh nenek moyang kalian. Hati-hatilah terhadap mereka agar mereka tidak menyesatkan kalian dan tidak memfitnah kalian.” (HR. Muslim, no. 7).
Baca Juga: Tarbiyah dan Ukhuwah: Jantungnya Dakwah
Di era modern, media sosial menjadi sarana utama penyebaran informasi. Namun, banyak di antara informasi tersebut yang tidak diverifikasi. Allah Ta’ala memperingatkan kita dalam Al-Qur’an,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seorang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).
Karena itu, Islam mengajarkan konsep tabayyun, yaitu memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Tabayyun adalah salah satu cara untuk mencegah diri dari menjadi bagian dari generasi qila wa qala. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang Muslim harus memastikan bahwa setiap perkataan dan informasi yang disebarkan memiliki dasar yang jelas dan benar.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Gencatan Senjata, Kemenangan Palestina dan Warga Dunia
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»
“Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari, no. 6475; Muslim, no. 47). Hadis ini menegaskan bahwa menjaga lisan adalah tanda keimanan yang kuat.
Dalam Qila Wa Qala biasanya ada fitnah buruk yang harus diwaspadai. Fitnah adalah salah satu akibat buruk dari qila wa qala. Allah Ta’ala berfirman,
وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ
“Dan fitnah itu lebih besar bahayanya daripada pembunuhan.” (QS. Al-Baqarah: 191). Fitnah yang berasal dari informasi yang tidak benar dapat memecah belah masyarakat dan menimbulkan konflik besar.
Untuk menghindari kebiasaan qila wa qala, umat Islam harus menumbuhkan budaya ilmu, yaitu dengan mencari kebenaran melalui kajian dan diskusi ilmiah. Allah Ta’ala memuliakan orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya,
Baca Juga: Malu dalam Perspektif Islam: Pilar Akhlak Mulia
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Qila wa qala dapat merusak ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا»
“Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, dan saling memutus hubungan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari, no. 6065; Muslim, no. 2559).
Karena itu, seorang Muslim yang bijaksana tidak akan tergesa-gesa dalam menyampaikan informasi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Tanda “Kiamat” Bagi Zionis Israel
«التَّأَنِّي مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ»
“Ketenangan itu dari Allah, sedangkan tergesa-gesa itu dari setan.” (HR. Tirmidzi, no. 2012).
Menghindari kebiasaan qila wa qala adalah bagian dari akhlak mulia yang diajarkan Islam. Sebagai umat Islam, kita harus menjaga lisan, memverifikasi informasi, dan menjunjung tinggi kebenaran. Dengan demikian, kita dapat menjaga keharmonisan masyarakat dan menjauhkan diri dari dosa akibat menyebarkan informasi yang tidak benar.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Melihat Mona Lisa Di Musée Du Louvre Paris