Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Disebutkan di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan yang artinya,“Janganlah bertekad kuat untuk melakukan suatu perjalanan kecuali menuju ke tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan Masjid Al-Aqsha.” (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).
Hadits ini menyebutkan betapa anjuran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya, agar memiliki kemauan dan kesungguhan dalam melakukan safar (perjalanan) menuju ke tiga masjid. Yaitu Masjidil Haram di Makkah Al-Mukarramah, Masjid Nabawi di Madinah Al-Munawwarah dan Masjid Al-Aqsha di Al-Quds.
Kunjungan ke Masjidil Haram, banyak dilakukan oleh kaum Muslimin dari seluruh dunia, baik untuk shalat, umrah, sampai ibadah haji. Jutaan umat Muslim dari seluruh penjuru dunia berkunjung ke Baitullah.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Demikian halnya ke Masjid Nabawi di kota Nabi Madinah, dalam rangkaian perjalanan sebelum atau setelah umrah dan haji, jutaan Muslim pun tak pernah melupakannya.
Namun, ada ironi yang menyayat hati, ketika masjid ketiga yang menjadi anjuran Nabi ini belum banyak dikunjungi kaum Muslimin, atau paling tidak tidak sebanyak di kedua masjid tadi.
Justru kaum Yahudi yang bukan pemilik sah kawasan itu, secara sendiri-sendiri, atau berkelompok-kelompok, secara rutin dan bahkan memaksa, mengunjunginya. Bukan untuk shalat di Masjid Al-Aqsha tentunya, tapi untuk mengadakan ritual sesembahan kepada tuhan mereka melalui kuil yang mereka klaim berada di situ.
Seperti disebutkan Mirajnews, Ahad (14/8/2016) lalu, ada sekitar 300 warga Israel garis keras menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsha di Al-Quds selama perayaan festival agama Yahudi. (al-aqsha-pada-festival-yahudi/125276">http://mirajnews.com/sebanyak-300-warga-israel-serbu-al-aqsha-pada-festival-yahudi/125276).
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Mereka berkunjung dlam rangkaian ritual perayaan festival Tisha B’av, menandai kehancuran kuil Yahudi yang mereka klaim terletak di lokasi Masjid Al-Aqsha.
Sehari kemudian memang ada kecaman, terutama dari pemerintah Mesir dan Yordania pada Senin (15/8/2016). Kedua pemerintahan itu mengecam serbuan ratusan warga Yahudi Israel ke kawasan Masjid Al-Aqsha di bawah perlindungan polisi yang berlangsung Ahad sebelumnya. (al-aqsha/125488">http://mirajnews.com/mesir-dan-yordania-kecam-serbuan-israel-ke-al-aqsha/125488).
Mesir dan Yordania khawatir tentang tindakan keamanan Israel pada situs Muslim tersebut dari penyerbuan Yahudi radikal dengan alasan memperingati ritual kuno Tisha B’Av, Daily News Egypt melaporkan.
Mesir, yang juga sekutu Israel di Timur Tengah, mengecam penyerbuan itu. Sebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir memperingatkan aksi itu yang disebutnya dapat melanjutkan “pelanggaran situs agama”.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
“Ini hal negatif yang dapat mempengaruhi upaya proses perdamaian antara Israel dan Palestina,” bunyi pernyataan.
Pernyataan itu juga menyoroti kekhawatiran Mesir tentang rencana jangka panjang Israel, yang meliputi pembangunan 4.200 unit sebelah barat Ramallah.
Kecaman itu juga disuarakan oleh Raja Yordania Abdullah, yang mengatakan bahwa negaranya akan menghadapi “agresi Israel”, yang telah memungkinkan “ekstremis Yahudi” untuk masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsha.
Kecaman itu sudah menandakan bahwa ada perlawanan suara dari Muslim lainnya. Walau belum banyak media yang memberitakannya, kecuali Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency) yang secara khusus, rutin dan terus-menerus dalam kolom Palestina menyuarakan perjuangan Al-Aqsha dan Palestina. Bahkan memiliki koresponden khusus di Palestina.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Namun kecaman itu tentu masih belum cukup, jika belum diikuti oleh dunia Islam lainnya. Sampai meningkat pada aksi berikutnya, yaitu tidakan serupa, kunjungan kaum Muslimin sedunia ke Masjid Al-Aqsha, negeri penuh barokah. Al-Aqsha tempat persinggahan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Al-Aqsha kiblat pertama kaum Muslimin sedunia.
Ini seperti juga diungkapkan dalam Halo Lampung di Radar TV Bandar Lampung edisi Rabu (16/8/2016) dengan tema “Jangan Pernah Lupakan Masjid Al-Aqsha”. Tampil sebagai pembicara aktivis Aqsa Working Group (AWG) Hadi Sumarsono dan Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Nur Hadis.
Nur Hadis dalam penjelasannya menekankan pentingnya media, utamanya media Islam untuk mempunyai satu visi dan misi yang sama soal perjuangan Al-Aqsha dan Palestina. Media Islam tidak bisa ikut arus media mainstream barat yang lebi memojokkan Islam dan Muslimin, seharusnya berimbang dalam pemberitaan.
Sisi lainnya, menurut Hadis, zionis Israel selalu berusaha secara sistematis untuk menguasai kawasan Al-Aqsha. Sementara umat Islam belum ada upaya bersama secara berjamaah dalam satu komando membebaskannya.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Itu semua tidaklain adlah untuk mengingatkan kaum Muslimin, bahwa masih ada satu tempat yang belum bebas merdeka. Dan itu bukan tempat biasa, tapi daerah lur biasa nan istimewa, jantung dunia Islam, dan inti perjuangan kaum Muslimin, yaitu Al-Aqsha.
Masjid Al-Aqsha adalah rumah ibadah hak mutlak kaum Muslimin (Al-Aqsha Haqquna), yang tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun yang bukan pemilik sah. Apalagi oleh Yahudi Israel, yang jelas-jelas berada di sana untuk menjajahnya, melecehkannya dan menodainya.
Saatnya kaum Muslimin sedunia memiliki tekad yang sama, bergerak dalam irama yang padu, bersatu, berjamaah, berusaha membebaskan Al-Aqsha dan Palestina secara keseluruhan dari belenggu penjajahan Zionis Israel. Allahu Akbar! Al-Aqsha Haqquna!! (P4/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata