Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
ALLAH adalah Tuhan yang tidak pernah ingkar janji. Salah satu janji-Nya bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan yang beriman adalah akan memberikan kehidupan yang lebih baik dengan syarat, muslim dan muslimat beriman itu mengerjakan amal kebaikan.
Inilah firman Allah Ta’ala yang menunjukkan kepada setiap muslim tentang kebenaran janji-Nya itu,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. An Nahl: 97).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Ayat di atas semestinya sudah mencukupi bagi setiap orang muslim yang benar imannya kepada Allah untuk menjadikan motivasi dalam meraih kehidupan yang lebih baik. Ayat ini setidaknya berbicara tentang beberapa hal antara lain sebagai berikut.
Pertama, siapa saja yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki atau perempuan dalam keadaan beriman. Makna amalan menurut Ibnu Faris dalam Mu’jamu Maqayisul Lughah berkata, “‘ع – م – ل’ akar suatu kata yang menunjukkan pada satu makna yang sama, yaitu semua pekerjaan yang dilakukan” (Mu’jamu Maqayisul Lughah , 1/17, Cet: Darul Kutub ‘Alamiyah).
Raghib al Asfahaniy berkata, “amalan adalah semua pekerjaan yang berasal dari makhluk hidup dan dilakukan dengan sengaja” (Al Mufradaat Fi Gharibul Qur’an:351, Cet: Darul Ma’rifat).
Sedangkan makna shalih menurut Ibnu Faris dalam Mu’jamu Maqayisul Lughah berkata, “’ص- ل – ح ‘ akar suatu kata yang menunjukkan pada satu makna yang sama yaitu lawan dari kerusakan” (Mu’jamu Maqayisul Lughah, 1/17, Cet: Darul Kutub ‘Alamiyah).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Syaikh Ahmad bin Yusuf Al Halabiy berkata, “الصلاح maknanya adalah lawan dari kerusakan, lawan dari keshalihan di dalam al Qur’an adalah kerusakan [الفساد ]dan kejelakan [السيء ] sebagaimana dalam firman Allah (yang artinya), “ Dan apabila dikatakan kepada mereka “ janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi, mereka mengatakan hanya saja kami adalah orang-orang yang berbuat perbaikan” (QS. Al Baqarah:11).
Kedua, kehidupan yang baik. Allah Ta’ala berjanji akan memberikan kehidupan yang baik kepada siapa saja lelaki maupun perempuan yang beramal shaleh selama dia beriman. Kehidupan yang baik adalah keinginan setiap insan, apakah dia orang mukmin maupun kafir sekalipun pasti menginginkan kehidupan yang lebih baik.
Kehidupan yang baik dalam ayat di atas, menurut jumhur ulama adalah kehidupan dari baik dari semua sisi. Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, menafsirkannya dengan pengertian rezeki yang halal lagi baik.
Sementara, Ali ibnu Abu Talib, menafsirkannya dengan pengertian al-qana’ah (puas dengan apa yang diberikan kepadanya). Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Wahb ibnu Munabbih.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Sedangkan menurut Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah kebahagiaan. Al-Hasan, Mujahid, dan Qatadah mengatakan, “Tiada suatu kehidupan pun yang dapat menyenangkan seseorang kecuali kehidupan di dalam surga.”
Ulama yang lain, Ad-Dahhak mengatakan, makna yang dimaksud ialah rezeki yang halal dan kemampuan beribadah dalam kehidupan di dunia. Ad-Dahhak mengatakan pula bahwa yang dimaksud ialah mengamalkan ketaatan, dan hati merasa lega dalam mengerjakannya.
Namun, pendapat yang benar tentang makna kehidupan yang baik ini menyatakan bahwa pengertian kehidupan yang baik mencakup semua yang telah disebutkan di atas. Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan bahwa,
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، حَدَّثَنِي شُرَحْبِيلُ بْنُ شَرِيكٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الحُبُلي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمرو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ ورُزق كَفَافًا، وقَنَّعه اللَّهُ بِمَا آتَاهُ”.
Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Syurahbil ibnu Syarik, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Umar. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah masuk Islam dan diberi rezeki secukupnya serta Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah terhadap apa yang diberikan kepadanya.”
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Ketiga, Allah Ta’ala juga akan balas amal shaleh mereka dengan pahala yang lebih baik dari yang dikerjakan. Tidak ada pahala yang lebih di akhirat sana kecuali Surga. Surgalah tempat terbaik yang diidam-idamkan oleh setiap manusia; muslim maupun kafir. Apakah orang kafir juga mengharapkan surga? Pasti. Hanya saja harapan kaum kafir itu menjadi sia-sia sebab surga yang dimaksud adalah hal yang mustahil manakala mereka tidak mengimani Allah dan Rasul-Nya serta bersungguh-sungguh mengamalkan syariat-Nya.
Singkatnya, jika seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan yang beriman ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik, maka kuncinya adalah gemar melakukan amal shalih. Amal shalih tentu saja bukan hanya mengerjakan sholat, puasa sunnah, atau gotong royong. Namun, semua kebaikan yang dilakukan seorang muslim selama dalam kerangka syariat dan diiringi dengan niat yang ikhlas, maka semua akan dinilai sebagai amal shalih di sisi Allah.
Siapapun kita, di manapun kita, selama kita muslim dan beriman kepada Allah dan Nabi-Nya lalu mengerjakan amal shalih, insya Allah Allah akan memberikan kehidupan yang lebih baik dan pahala yang yang lebih baik dari apa yang dikerjakan, wallahua’lam.(A/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh