Khartum, MINA – Mohamed El Hassan Labba, Utusan Uni Afrika mengumumkan pada Kamis (13/6), jaringan internasional telah dibentuk untuk mendukung upaya mediasi Afrika dalam krisis di Sudan.
Labba menyatakan, jaringan itu mencakup anggota PBB, Uni Eropa, Troika (Amerika Serikat, Inggris, dan Norwegia), negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB dan beberapa negara lain.
“Upaya mediasi Afrika terdiri dari dua jalur, yang pertama dipimpin oleh tim dari Uni Afrika, dan yang lainnya dipimpin oleh Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ali,” jelas Labba, demikian MEMO melaporkan.
Dia menekankan, kelompok mediasi Afrika telah menggandakan upaya menciptakan iklim yang cocok untuk mencapai kesepakatan antara pihak-pihak yang bertikai di Sudan, yaitu Dewan Militer Transisi (TMC) dan kekuatan Deklarasi Kebebasan dan Perubahan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Labba berbicara tentang kemajuan dalam diskusi dan pembicaraan dengan pihak-pihak oposisi secara terpisah di Sudan, menyerukan kepada media untuk “memainkan peran positif pada tahap saat ini, dan tidak menyinggung simbol TMC, atau para pemimpin pasukan Deklarasi Kebebasan dan Perubahan.”
Pekan lalu, Abiy Ahmed mengunjungi Khartoum untuk mengadakan pertemuan dengan TMC dan delegasi atas nama kekuatan Deklarasi Kebebasan dan Perubahan, yang telah memimpin protes di negara itu, untuk menghidupkan kembali dialog dalam konflik tersebut.
“Untuk kembali ke meja perundingan, kekuatan-kekuatan Deklarasi Kebebasan dan Perubahan mensyaratkan bahwa TMC mengakui kejahatan pembubaran aksi duduk di Khartoum, yang berlangsung pada 3 Juni dan membentuk komisi penyelidikan internasional untuk menyelidiki keadaan negara-negara tersebut,” katanya.
Ribuan pengunjuk rasa Sudan telah berkumpul di depan markas tentara di Ibu Kota sejak 6 April menuntut kepergian Omar Al-Bashir dan menekan TMC agar menyerahkan kekuasaan kepada warga sipil, di tengah kekhawatiran bahwa tentara akan menghindari tuntutan rakyat yang dilakukan otoritas militer Arab lainnya.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Pada 11 April, kepemimpinan militer memindahkan Al-Bashir dari jabatannya sebagai presiden setelah 30 tahun berkuasa, menyusul pecahnya protes akhir tahun lalu yang mengecam memburuknya situasi ekonomi Sudan. (T/R03/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon