Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jateng Gandeng 12 Negara Eropa, Target Produksi Beras Rendah Karbon Naik Drastis, Emisi Turun 80%

Zaenal Muttaqin Editor : Rudi Hendrik - 33 detik yang lalu

33 detik yang lalu

0 Views

Gubernur Jateng Ahmad Luthfi menerima kunjungan kehormatan dari Duta Besar Uni Eropa dan delegasi dari 12 negara Uni Eropa di Aula Tawangarum, Balai Kota Surakarta (Foto: Humasprov/MINA)

Surakarta, MINA — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) terus memperluas kerja sama internasional dalam upaya memperkuat ketahanan pangan berbasis lingkungan.

Kali ini, Pemprov Jateng menggandeng 12 negara Uni Eropa untuk mendorong produksi beras rendah karbon (low carbon rice) di wilayahnya.

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyampaikan komitmennya saat menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi, beserta delegasi dari 12 negara Uni Eropa di Aula Tawangarum, Balai Kota Surakarta, Senin (30/6).

“Hari ini kita tindak lanjuti hubungan yang sudah terjalin. Ke depan, kerja sama ini akan kita tingkatkan, khususnya di sektor pangan rendah karbon,” ujar Gubernur Ahmad Luthfi.

Baca Juga: BMKG Jelaskan Penyebab Cuaca Dingin dan Kabut Tipis di Bekasi

Ke-12 negara yang hadir di antaranya Austria, Siprus, Jerman, Belanda, Spanyol, Swedia, Belgia, Denmark, Finlandia, Lithuania, dan Polandia.

Gubernur menjelaskan, luas tanam padi di Jawa Tengah pada 2024 mencapai 1,5 juta hektare, dengan produksi 8,8 juta ton gabah kering giling yang berkontribusi 16,73% terhadap stok pangan nasional. Pada 2025, target produksi padi dipatok naik menjadi 11,8 juta ton.

Sejak 2022, program low carbon rice sudah diimplementasikan di beberapa daerah seperti Boyolali, Klaten, dan Sragen, melalui program SWITCH-Asia Low Carbon Rice. Program ini menghubungkan petani dengan penggilingan padi kecil serta pasar konsumen seperti restoran dan hotel.

Di Klaten, program ini sukses memanen 100 hektare sawah dengan potensi produksi 600 ton gabah, menurunkan emisi karbon hingga 80%, mengurangi biaya penggilingan 30–40%, sekaligus memperbaiki kualitas hasil panen.

Baca Juga: Pemuda Pancasila Kota Sabang Galang Dana Untuk RSIA di Gaza

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah, Dyah Lukisari, menambahkan bahwa perluasan program low carbon rice juga melibatkan CSR perusahaan, salah satunya dari Bank Indonesia.

Saat ini, intervensi CSR dilakukan di enam kabupaten/kota, yakni Demak, Jepara, Kudus, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Boyolali.

Nilai investasi untuk konversi mesin penggilingan padi dari solar ke listrik mencapai Rp250–300 juta per titik. CSR Bank Indonesia di enam lokasi tersebut total menyentuh angka Rp1,8 miliar.

Menariknya, ke depan Gubernur Ahmad Luthfi menginstruksikan agar mesin penggilingan tidak lagi memakai listrik berbasis energi fosil, melainkan beralih ke tenaga surya.

Baca Juga: Lebih dari Seribu Santri Hadiri Santri Summit 2025 di UIN Jakarta

“Nanti akan dicoba 1–2 pilot project mesin penggilingan tenaga surya, masih kami bahas teknisnya,” ujar Dyah.

Apresiasi Delegasi Uni Eropa

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi, menyampaikan apresiasinya atas sambutan hangat Gubernur Ahmad Luthfi dan Wali Kota Surakarta. Ia menyebut kunjungan ke Jawa Tengah bertujuan mempelajari praktik ketahanan pangan yang dinilai sukses.

“Kami ingin belajar dari masyarakat di Indonesia, khususnya Jawa Tengah, sebagai salah satu lumbung pangan terbesar di Indonesia dan di dunia,” kata Denis.

Baca Juga: Antisipasi Pencemaran Sungai Ciliwung, Himpasiling UI Dorong Pemeriksaan Menyeluruh

Kunjungan ini sekaligus menjadi momentum memperkuat komitmen bersama menghadapi tantangan perubahan iklim global, melalui inovasi pertanian berkelanjutan. []

Mi’raj News Agency (MINA) 

Baca Juga: PMI Meninggal di Korsel, Pemerintah Pastikan Usut Dugaan Kelalaian Perusahaan

Rekomendasi untuk Anda