Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Suatu hari Nabi SAW sedang duduk di majelis bersama para sahabat, memberikan pelajaran. Nabi SAW lalu berkata, “Perhatikanlah, maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa yang paling besar?” Nabi SAW mengatakan tiga kali.
“Tentu wahai Rasulullah?” jawab para sahabat.
Rasulullah SAW pun menerangkan, “Dosa-dosa yang paling besar itu adalah syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, dan persaksian palsu (perkataan dusta).” (HR. Al Bukhari, Muslim).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Pertama, syirik kepada Allah SWT. Ibnu Manzhuur rahimahullaah (wafat: 711-H) berkata dalam kitabnya Lisaanul ‘Arob (10/449, cet.-3, Daar Shoodir, 1414-H), “Berbuat syirik pada Allah: yaitu menjadikan adanya sekutu atau partner bagi Allah dalam hal kepemilikan alam semesta. Mahatinggi Allah dari hal tersebut.”
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya berkata, “Allah Ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik yaitu ketika seorang hamba bertemu Allah dalam keadaan berbuat syirik.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, terbitan Dar Ibnul Jauzi, 3:129). Maksud ayat ini kata Ibnul Jauzi yaitu Allah tidak akan mengampuni pelaku syirik (musyrik) yang ia mati dalam kesyirikan (Lihat Zaad Al-Masiir, 2:103).
Kedua, durhaka kepada kedua orang tua, termasuk perbuatan dosa besar kedua setelah syirik. Allah SWT berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An Nisa: 36).
Dalam hadis Nafi’ bin Al Harits Ats Tsaqafi, Nabi SAW bersabda, “Maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar? Beliau bertanya ini 3x. Para sahabat mengatakan: tentu wahai Rasulullah. Nabi bersabda: syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang tua” (HR. Bukhari – Muslim).
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Dalam hadis lain, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan sikap durhaka kepada para ibu, pelit dan tamak, mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan Allah juga tidak menyukai qiila wa qaala, banyak bertanya dan membuang-membuang harta.” (HR. Bukhari – Muslim).
Ketiga, persaksian palsu. Betapa banyak hari ini orang yang sengaja menyewa para saksi agar dia terlepas dari hukuman. Dia lupa bersaksi palsu selain dosa besar juga bisa merugikan orang lain sebab dia mengajak orang lain juga untuk bersaksi palsu.
Tentang persaksian palsu ini, ada banyak ayat dalam Al Qur’an yang menunjukkan Allah SWT melarang orang yang bersaksi palsu, (QS. Al-Maidah: 8, Al Baqarah: 282). Dari Khuraim bin Fatik Al-Asadi radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah SAW melakukan shalat subuh. Selesai shalat, ia bangkit dan berkata, “Persaksian palsu itu disamakan dengan perbuatan menyekutukan Allah.” Nabi SAW mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian ia membacakan ayat, “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta dengan ikhlas kepada Allah.” (QS. Al-Hajj: 30).” (HR. Abu Dawud no. 3599, Tirmidzi no. 2300, Ibnu Majah no. 2372).
Semoga Allah SWT menjaga kita dari melakukan tiga dosa besar di atas, wallahua’lam.(A/RS3/P1)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah