Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejak Kesalehan Seorang Ayah, Cahaya yang Membimbing Generasi

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 22 menit yang lalu

22 menit yang lalu

0 Views

Ayah yang saleh, warisan terindah bagi anak-anaknya (foto: ig)

DI BALIK sebuah keluarga yang bahagia, selalu ada sosok yang menjadi tiang utama, penopang dalam badai kehidupan, dan cahaya yang tak pernah padam dalam gelap. Sosok itu adalah seorang ayah. Tidak sekadar figur pengasuh atau pencari nafkah, tetapi dia adalah pelita kesalehan yang menjadi pondasi kokoh bagi masa depan anak-anaknya. Jejak kesalehan seorang ayah bukanlah sesuatu yang bisa terlihat dengan mata kasar, melainkan terasa dalam setiap nafas kehidupan keluarga yang ia bina.

Kesalehan seorang ayah bukan hanya soal ritual agama yang tampak di luar — shalat lima waktu, puasa, atau bacaan Al-Qur’an yang rutin. Kesalehan itu adalah kepedulian yang tulus, keteguhan dalam memegang prinsip kebaikan, dan ketulusan dalam membimbing setiap langkah anak-anaknya menuju kehidupan yang penuh berkah. Ia adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang kerap kali terlupakan, namun jejaknya meninggalkan bekas mendalam yang terus mengalir dalam darah dan jiwa generasi penerus.

Bagi banyak anak, ayah adalah cahaya pertama yang menerangi jalan kehidupan mereka. Ketika dunia terasa kelam dan penuh kebingungan, seorang ayah yang saleh hadir sebagai lentera yang menuntun dengan sabar dan bijaksana. Ia bukan hanya sekadar memberi nasihat, tetapi juga menjadi teladan nyata yang mengajarkan bagaimana menjalani hidup dengan integritas dan keimanan.

Kisah ini bukanlah sekadar cerita idealisme, melainkan kenyataan yang bisa kita saksikan dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seorang ayah menanamkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan ketakwaan sejak dini, ia sedang meletakkan fondasi kuat yang akan menjadi pelindung anak-anaknya dari badai kehidupan. Dalam kegelapan dunia yang semakin menantang, kesalehan ayah adalah sinar yang mengusir segala keraguan dan kerusakan.

Baca Juga: Generasi Fatherless-Motherless: Ancaman Peradaban Masa Depan

Jejak kesalehan seorang ayah tidak mudah terhapus oleh waktu. Seiring berjalannya tahun, apa yang pernah dia tanam dalam hati dan pikiran anak-anaknya akan tumbuh menjadi pohon rindang yang memberi buah kebaikan. Sebuah ayah yang saleh tidak hanya mendidik anak-anaknya untuk menjadi pintar dan sukses secara materi, tapi juga menjadikan mereka insan yang mulia secara spiritual dan moral.

Bayangkan, setiap kata lembut yang pernah terucap dari bibirnya, setiap do’a yang terpanjat di waktu sepi, dan setiap tindakan kebaikan yang dia tunjukkan di hadapan keluarga, menjadi warisan tak ternilai yang menuntun anak-anaknya menghadapi gelombang hidup. Bahkan ketika ayah itu telah tiada, jejak kesalehan itu akan terus hidup dalam cerita dan teladan yang diwariskan.

Keteladanan yang Menggerakkan

Keteladanan ayah yang saleh adalah magnet yang menggerakkan hati dan pikiran anak-anaknya untuk mengikuti jejak kebaikan. Ketika seorang ayah hidup sesuai dengan ajaran agamanya, tanpa kompromi dengan nilai-nilai luhur, maka tanpa harus banyak bicara, dia sudah mengajari anak-anaknya tentang makna hidup yang sesungguhnya.

Banyak kisah inspiratif datang dari ayah yang sederhana, yang memilih menjalani hidup dengan keikhlasan dan sabar. Ia mengajarkan bahwa kesalehan bukanlah perkara yang rumit, tapi tentang konsistensi dan kesungguhan hati dalam menjalankan perintah Allah, menghadapi ujian dengan sabar, dan menebar kasih sayang kepada keluarga dan sesama.

Baca Juga: Refleksi HTTS 2025: Indonesia Darurat Konsumsi Rokok

Kesalehan seorang ayah yang sesungguhnya tidak diukur dari seberapa sering ia berbicara tentang agama, tapi seberapa besar perbuatannya mencerminkan iman dan takwa. Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang didengar. Seorang ayah yang selalu menunjukkan kesabaran saat menghadapi masalah, yang dengan rendah hati meminta maaf ketika salah, dan yang selalu berusaha memperbaiki diri, itulah yang meninggalkan kesan mendalam.

Dalam sebuah keluarga, ayah adalah guru pertama yang menunjukkan bagaimana menjadi pribadi yang mulia. Ketika ia mampu menjaga kehormatan diri, memperlakukan istri dengan penuh kasih sayang, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik tanpa pamrih, anak-anak belajar arti cinta dan tanggung jawab secara langsung.

Kesalehan ayah tidak hanya membentuk karakter anak di masa kecilnya, tapi juga menjadi cahaya yang menerangi masa depan mereka. Dalam perjalanan hidup yang penuh tantangan, anak-anak akan selalu mengingat bagaimana ayah mereka berdiri teguh dengan prinsip dan iman. Itu akan menjadi pegangan saat mereka menghadapi keraguan dan keputusan sulit.

Anak yang tumbuh dari rahim keluarga yang dilimpahi keteladanan ayah yang saleh cenderung memiliki kepekaan moral yang tinggi, mampu memikul tanggung jawab, dan memiliki rasa empati yang mendalam. Mereka menjadi generasi penerus yang tidak hanya pintar, tetapi juga berakhlak mulia dan beriman kokoh.

Baca Juga: Wisuda STISA Abdullah Bin Mas’ud, Spirit Regenerasi Kepemimpinan Berbasis Al-Qur’an

Doa Seorang Ayah: Senjata Paling Ampuh

Tak dapat dipungkiri, doa seorang ayah adalah senjata paling ampuh yang terus menyertai anak-anaknya. Dalam setiap sujudnya, ayah memohon kepada Allah agar anak-anaknya diberikan kebahagiaan, kesehatan, kesuksesan, dan yang terpenting, dijaga dalam jalan kebaikan dan keimanan.

Doa itu bukan hanya sekadar kata, melainkan energi spiritual yang terus mengalir dan menembus batas ruang dan waktu. Doa ayah adalah pelindung dari segala mara bahaya, penguat jiwa ketika menghadapi cobaan, dan sumber keberkahan dalam setiap langkah kehidupan.

Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, tantangan untuk mempertahankan kesalehan semakin berat. Teknologi dan arus globalisasi membawa banyak godaan dan pengaruh negatif yang bisa mengikis nilai-nilai spiritual dan moral. Namun, justru di sinilah peran ayah yang saleh menjadi sangat vital.

Ayah yang bijak tidak hanya mengajarkan anaknya untuk berpegang pada agama, tetapi juga membekali mereka dengan kecerdasan dan keteguhan hati agar mampu beradaptasi dan tetap kokoh dalam iman di tengah arus modernitas. Ia menjadi pelindung dan pembimbing sekaligus sahabat yang memahami dunia anak-anaknya.

Baca Juga: Inilah Siksaan Bagi Orang Yang Selingkuh: Peringatan Keras Dari Allah dan Rasul-Nya

Kisah Inspiratif Seorang Ayah Saleh

Ada sebuah kisah nyata tentang seorang ayah sederhana yang bekerja keras sebagai tukang kayu. Ia tidak punya pendidikan tinggi atau harta berlimpah, tapi kesalehannya luar biasa. Setiap malam, sebelum tidur, ia selalu mengajak anak-anaknya berdoa bersama, mengajarkan ayat-ayat suci, dan membacakan cerita para nabi sebagai teladan.

Anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berakhlak mulia, dan berprestasi di bidang akademik maupun sosial. Mereka sering berkata, “Kesuksesan kami adalah cermin dari kesalehan ayah yang tak pernah lelah membimbing kami.” Ini membuktikan bahwa kesalehan ayah adalah warisan terbesar yang bisa diberikan seorang manusia kepada generasi berikutnya.

Menjadi ayah bukan sekadar menjalankan peran biologis, melainkan sebuah amanah besar dari Allah SWT yang harus dipikul dengan penuh kesungguhan. Kesalehan seorang ayah adalah cahaya yang tidak akan pernah padam, yang membimbing setiap langkah anak-anaknya menuju kehidupan yang penuh berkah, keberhasilan, dan kebahagiaan sejati.

Setiap ayah punya kesempatan dan tanggung jawab untuk meninggalkan jejak kesalehan yang akan menjadi bekal berharga bagi generasi penerus. Mari jadikan kesalehan sebagai dasar kehidupan keluarga kita, sebagai cahaya yang membimbing generasi menuju masa depan yang cerah dan penuh rahmat.[]

Baca Juga: Gaza, 601 Hari Genosida, Hancurnya Nurani Dunia

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda