Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejak Para Nabi di Tanah Palestina

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 2 menit yang lalu

2 menit yang lalu

0 Views

Palesetina adalah tanah para Nabi (foto: ig)

TANAH Palestina bukan sekadar sebidang wilayah yang kini diliputi konflik geopolitik, melainkan tempat suci yang penuh jejak sejarah kenabian. Di sanalah banyak nabi Allah diutus, bermukim, berjuang, dan meninggalkan warisan spiritual yang abadi. Palestina disebut berulang kali dalam Al-Qur’an sebagai bumi yang diberkahi (al-ard al-mubarakah), termasuk dalam QS. Al-Isra: 1.

Salah satu jejak nabi paling kuat di tanah ini adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Ia pernah menetap di wilayah Hebron (Al-Khalil), Palestina, yang kini menjadi salah satu kota tertua di dunia. Makamnya bersama istrinya Sarah masih diyakini berada di sana, dalam kompleks yang dikenal sebagai Ibrahimi Mosque. Ibrahim juga dikenal sebagai bapak para nabi, dan Palestina menjadi tempat penting dalam sejarah keturunannya.

Nabi Ishaq dan Ya’qub juga tinggal di Palestina. Mereka melanjutkan risalah tauhid dan menyebarkan nilai-nilai ilahi di tanah ini. Kuburan mereka diyakini juga berada di Hebron. Jejak mereka memperkuat kedudukan Palestina sebagai tempat yang suci bagi tiga agama samawi: Islam, Kristen, dan Yahudi.

Nabi Yusuf, meskipun hidup di Mesir, berasal dari keluarga yang menetap di Palestina. Setelah pertemuan kembali dengan ayahnya, Ya’qub, dan saudara-saudaranya, mereka pun kembali menetap di Palestina. Ini menjadi penanda bahwa Palestina adalah tempat asal dan akhir bagi keluarga kenabian yang diberkahi.

Baca Juga: Perlawanan Palestina di Era Digital, Suara yang Tak Bisa Dibungkam

Jejak Nabi Musa ‘alaihis salam juga terkait erat dengan Palestina. Ia memimpin Bani Israil keluar dari Mesir menuju tanah suci yang dijanjikan, yaitu Palestina. Meskipun beliau wafat sebelum memasukinya, dalam QS. Al-Ma’idah: 21, Musa mengajak kaumnya untuk masuk ke tanah yang telah ditentukan Allah untuk mereka—tanah yang diberkahi dan mulia, yakni Palestina.

Nabi Daud dan Nabi Sulaiman memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Palestina. Daud menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota kerajaannya dan membangun pusat pemerintahan yang adil dan kuat. Sementara itu, Nabi Sulaiman membangun kembali tempat ibadah di Baitul Maqdis. Bagi umat Islam, tempat itu kini dikenal sebagai Masjid Al-Aqsha.

Masjid Al-Aqsha adalah jejak monumental yang mengabadikan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ. Dalam QS. Al-Isra:1, disebutkan secara eksplisit bahwa beliau diisra’kan dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsha. Ini menunjukkan bahwa masjid tersebut sudah dianggap tempat suci bahkan sebelum Islam hadir sebagai agama terakhir.

Jejak Nabi Zakariya, Yahya, dan Maryam juga erat dengan Palestina. Mereka tinggal di wilayah sekitar Yerusalem dan Baitul Maqdis. Kisah Maryam yang berteduh di mihrab dan mendapat makanan langsung dari langit terekam dalam QS. Ali Imran: 37. Nabi Yahya dan Zakariya pun syahid di tanah ini akibat kedzaliman penguasa kala itu.

Baca Juga: Mengapa Islam Menekankan Hidup Berjama’ah?

Nabi Isa ‘alaihis salam lahir, berdakwah, dan diangkat ke langit dari tanah Palestina. Kota Betlehem diyakini sebagai tempat kelahirannya. Selama hidupnya, Isa berdakwah kepada Bani Israil dan mengajak mereka kembali ke jalan Allah. Hingga kini, jejak-jejak kehidupan beliau tetap terpelihara dan dikunjungi umat dari seluruh dunia.

Jejak para nabi di Palestina tidak hanya berupa peninggalan fisik, tetapi juga nilai spiritual dan simbol keteguhan iman. Tanah ini menjadi saksi perjuangan tauhid dan tempat pertarungan antara kebenaran dan kebatilan sepanjang sejarah. Hal ini pula yang menjadikan Palestina begitu sentral dalam narasi keislaman.

Di era modern, keberadaan situs-situs bersejarah kenabian di Palestina menghadapi ancaman besar. Invasi, penjajahan, dan upaya penghapusan identitas Islam terus terjadi. Masjid Al-Aqsha kerap menjadi target serangan, bahkan ditutup aksesnya bagi umat Islam dalam beberapa waktu tertentu. Ini menunjukkan bahwa perjuangan mempertahankan Palestina bukan hanya politik, tapi juga bagian dari menjaga warisan kenabian.

Masyarakat Palestina saat ini hidup dalam kondisi sulit, namun semangat mereka untuk menjaga tanah para nabi tetap menyala. Banyak generasi muda yang menghafal Al-Qur’an di bawah ancaman bom dan peluru. Semangat mereka adalah kelanjutan dari spirit para nabi yang dulu menghidupkan tanah ini dengan dakwah dan pengorbanan.

Baca Juga: Zionis Tak Lebih dari Teroris Berseragam Militer

Dunia Islam memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk membela Palestina. Menurut hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Masjid Al-Aqsha adalah salah satu dari tiga masjid yang dianjurkan untuk diziarahi. Maka menjaga dan membela keberadaannya adalah bagian dari ibadah dan loyalitas kepada warisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para nabi sebelumnya.

Di tengah konflik yang masih berlangsung hingga hari ini, jejak para nabi di Palestina menjadi pengingat bahwa tanah ini bukan sekadar wilayah, tetapi bagian dari sejarah iman yang agung. Mereka yang mencintai Allah dan para rasul-Nya, seharusnya tidak melupakan Palestina, tempat di mana wahyu pernah turun dan cahaya langit menyinari bumi.

Maka dari itu, mengenal jejak para nabi di Palestina bukan hanya bagian dari ilmu sejarah, tapi juga wujud penghormatan terhadap warisan kenabian. Ia membangkitkan kecintaan, kepedulian, dan doa dari seluruh umat Islam agar bumi para nabi ini kembali merdeka dan damai dalam lindungan Allah Ta’ala.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kolonialisme Modern Bernama Israel

Rekomendasi untuk Anda