Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jelajah Bumi Para Nabi

Redaksi Editor : Arif R - 23 detik yang lalu

23 detik yang lalu

0 Views

Ganjar Darussalam bersama Syaikh Mahmoud Hasyim Anbar, seorang guru besar tafsir dari Universitas Islam Gaza

Oleh Ganjar Darussalam, Aktivis Aqsa Working Group (AWG) Jawa Barat

MASJID Al-Aqsa dan sekitarnya merupakan tempat yang sangat bersejarah dalam perjalanan para Nabi Allah Subhanahu wa ta’ala. Para Nabi tersebut lahir, hidup, berdakwah dan bahkan  dimakamkan di sekitar Masjidil Aqsa dan Palestina.

Di Masjidil Aqsha inilah, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam shalat mengimami para Nabi dan Rasul. Rasulullah bersabda: ”Didatangkan kepadaku Buraq, seekor tunggangan putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal, ia berupaya meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya. Setelah menungganginya, maka Buraq itu berjalan membawaku hingga sampai ke Baitul Maqdis. Aku ikat tunggangan itu di tempat para Nabi biasa menambatkan tunggangan mereka. Lalu aku masuk dan menunaikan shalat dua raka’at di dalamnya.” [HR.Muslim].

Dalam shahih Muslim juga, Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa di Baitul Maqdis, beliau menyaksikan para Nabi melaksanakan shalat, lalu beliau bersabda: ”Kemudian tiba waktu shalat, lalu aku shalat mengimami mereka.”

Baca Juga: Menjaga Diri dari Godaan Duniawi di Akhir Ramadhan

Adapun para Nabi di sekitar Masjid Al-Aqsha antara lain, Nabi Adam sebagai manusia pertama di muka bumi dan juga Nabi pertama utusan Allah Ta’ala. Meskipun kisahnya lebih sering dikaitkan dengan Surga, Makkah, dan Tanah Arab, ada beberapa riwayat yang menyebutkan hubungannya dengan Palestina, khususnya dengan Masjid Al-Aqsa.

Hal ini berdasarkan Hadits Nabi ketika Abu Dzar Al Ghifari bertanya  pada Rasulullah Apa masjid yang pertama dibangun dimuka Bumi? Lalu Rasulullah menjawab “Al Masjidul Haram” Abu Dzar bertanya lagi, setelah itu apa? Dan Rasulullah menjawab “Al Masjidil Aqsha.”  Aku bertanya, “Berapa lama jarak pembangunan di antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun. Kemudian di manapun waktu shalat datang kepadamu, maka shalatlah sebab keutamaan shalat pasti diperoleh di tempat tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim).

Selain dengan Adam, Nabi Ibrahim juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan tanah Palestina. Beliau adalah bapaknya para Nabi dan salah satu Nabi paling utama dalam Islam, bahkan juga untuk kaum Yahudi, dan Nashrani. Palestina menjadi salah satu tempat penting dalam perjalanan hidupnya, baik dalam berdakwah maupun dalam kehidupannya bersama keluarganya sampai beliau Wafat ditanah tersebut.

Nabi Ibrahim awalnya hijrah dari daerah Ur, Mesopotamia (sekarang Irak), sebelum diperintahkan Allah untuk berhijrah ke Palestina pada tahun sekitar 1805 (SM) Bersama Ibunda Sarah. Bersama istrinya itu dan keponakannya, Nabi Luth beliau menuju Palestina, yang saat itu dikenal sebagai tanah Kanaan.

Baca Juga: Bulan Ramadhan Ibarat Permainan Ular Tangga, Dimana Posisi Kita?

Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT Q.S Al Anbiya ayat 71

 وَنَجَّيْنَٰهُ وَلُوطًا إِلَى ٱلْأَرْضِ ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا لِلْعَٰلَمِينَ

Artinya: Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Q.S Al Anbiya : 71)

Para ahli Tafsir menyimpulkan bahwa negeri itu adalah Palestina saat ini. Setelah tiba di Palestina, Nabi Ibrahim menetap di Hebron (Al-Khalil), yang sekarang menjadi salah satu kota tertua di dunia. Nama “Al-Khalil” berarti “sahabat Allah”, merujuk pada gelar Nabi Ibrahim sebagai Khalilullah (sahabat Allah). Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim turut memperbarui Masjid Al-Aqsa, setelah awalnya dibangun oleh Nabi Adam.

Baca Juga: Gila Hormat dalam Perspektif Ilmiah dan Syariat Islam

Nabi Ibrahim dan Istrinya Sarah tinggal lama di Palestina awalnya tanpa memiliki keturunan, namun kemudian, dengan izin Allah, Sarah melahirkan Nabi Ishaq di Palestina pada usia tuanya. Dari keturunan Nabi Ishaq inilah lahir selanjutnya Nabi Yakub yang kemudian disebut sebagai Bangsa Bani Israil.

Nabi Ya’qub adalah anak dari Nabi Ishaq dan cucu dari Nabi Ibrahim, Allah memuliakan beliau dengan sebuah gelar yakni “Israil” yang bermakna Hamba Allah. Beberapa tafsir menyebut bahwa Ya’qub berperan dalam memperbaiki atau membangun kembali Baitul Maqdis setelah Nabi Ibrahim membangunnya.

Selain bagi anak cucu Nabi Ishaq, Palestina menjadi bagian penting dari kisah Nabi Yusuf,  terutama sebagai tempat asalnya dan tempat peristirahatan terakhirnya. Nabi Yusuf sendiri merupakan putra Nabi Ya’qub dan cucu Nabi Ishaq.

Nabi Ya’qub berwasiat kepada anak-anaknya agar meneruskan penghambaan pada Allah setelah beliau wafat (Al-Baqarah: 132) Adapun Nabi Yusuf yang lahir di bumi suci Palestina dan besar di rumahnya hingga dalam kisah pembuangannya ke dalam sumur.  Peristiwa ini terjadi di tanah Palestina sebelum Yusuf dijual dan dibawa ke Mesir.

Baca Juga: Tarawih Express: Antara Kecepatan dan Kekhusyukan

Meski beliau akhirnya hidup dan wafat di Mesir, Yusuf berwasiat agar jasadnya dikembalikan ke Palestina. Musa kemudian melaksanakan wasiat tersebut dengan membawa jasad Nabi Yusuf ke tanah Suci Palestina. Rasulullah SAW bersabda, “Ketika Yusuf menjelang wafat, dia berwasiat kepada Bani Israil: ‘Sesungguhnya aku tidak akan meninggal sampai kalian membawa tulang-belulangku  dari sini (Mesir).’” ( H.R. Bukhari)

Seperti halnya Yusuf, Nabi Musa (AS) juga memiliki hubungan yang erat dengan Palestina, meskipun sebagian besar kisahnya terjadi di Mesir. Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memimpin Bani Israil  masuk ke tanah suci (Palestina) setelah mereka keluar dari Mesir. Allah SWT berfirman: “Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang merugi.” (Q.S. Al Maidah : 21)

Nabi Musa memerintahkan kaumnya untuk masuk Palestina, namun Bani Israil menolak karena takut pada kaum Jabbarin yang tinggal di sana. Setelah Bani Israil menolak untuk mentaati perintah Nabi Musa dan tidak mau memasuki tanah suci, Allah menghukum mereka dengan tersesat selama 40 tahun di padang pasir.

“Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu”. (Q.S. Al Maidah 26)

Baca Juga: Defisit Amal: Sebab dan Solusi Menurut Islam

Nabi Musa belum berhasil memasuki tanah suci, dalam hadits disebutkan bahwa Musa ingin sekali masuk tanah suci itu, tetapi wafat tak lama sebelum itu. Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya aku di sana, aku akan menunjukkan kepada kalian kuburannya, yang berada di sisi jalan di bawah bukit pasir merah.” (H.R. Bukhari). Ini menunjukkan bahwa Nabi Musa dikuburkan di dekat tanah Palestina, walaupun dia tidak sempat memasukinya.

Tanah Palestina juga erat kaitan dengan Nabi Harun. Ia selalu menemani Nabi Musa dalam setiap perjalanan dakwahnya dan kisahnya diabadikan oleh Allah ta’ala dalam Firmannya, “Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah kekuatanku dengan (keberadaan) dia, dan jadikanlah dia teman dalam urusanku.” (Q.S Thaha : 29-32)

Setelah Nabi Musa wafat, kepemimpinan Bani Israil diteruskan oleh Nabi Yusha’ bin Nun, salah satu murid terdekatnya. Di bawah kepemimpinan Nabi Yusha’, Bani Israil akhirnya berhasil memasuki Palestina.

Beliau memimpin Bani Israil memasuki Palestina setelah 40 tahun tersesat. Nabi Yusha’ memimpin Bani Israil untuk menaklukkan bangsa Amalek di Yerikho (Jericho), salah satu kota tertua di Palestina.

Baca Juga: Kebiadaban Zionis Israel di Bulan Ramadhan

Kisah heroik para utusan Allah Ta’ala juga terekam dari jejak Nabi Daud. Beliau adalah raja sekaligus Nabi yang memimpin Bani Israil dan menjadikan Yerusalem (Al-Quds) sebagai pusat pemerintahannya. Nabi Daud membebaskan Yerusalem dari tangan Raksasa (Amaliqah) setelah membunuh Jalut raja yang berkuasa di Wilayah tersebut. Allah Ta’ala abadikan dalam Q.S Al Baqarah: 251. Setelah membunuh Jalut, Nabi Daud menjadi raja dan memerintah Tanah Suci dengan Adil.

Nabi Daud adalah Hamba Allah yang sangat Taat dan sering beribadah di Baitul Maqdis. Allah SWT memberikannya Kitab Zabur yang berisi dzikir dan Puji-pujian kepad Rabb semesta Alam. Q.S. Saba: 10. Masjidil Aqsha adalah tempat Nabi Daud dalam melaksanakan Ibadah memuji Allah SWT.

Setelah periode kenabian Daud, risalah tauhid dilanjutkan oleh Nabi Sulaiman putra Nabi Daud. Beliau memimpin dari Yerusalem (Al-Quds), Palestina, dan terkenal dengan kebijaksanaannya, mukjizatnya, serta pembangunan besar-besaran, termasuk Masjid Al-Aqsa.

Rasulullah SAW Bersabda, “Ketika Sulaiman bin Daud selesai membangun Batiul Maqdis, dia memohon kepada Allah tiga perkara …” (HR. An-Nasa’I, Ahmad dishahihkan oleh Al-Bani)

Baca Juga: Qia, Balita Tasikmalaya, Kirimkan Cinta untuk Anak-Anak Palestina Lewat Celengan

Adapun tiga perkara itu ialah, Pertama Nabi Sulaiman doa minta agar hukumnya Nabi Sulaiman itu sesuai dengan hukum Allah SWT, kedua Nabi Sulaiman AS dalam doa yang dipanjatkan di dalam Masjidil Aqsa adalah mohon diberikan kerajaan yang tidak layak untuk orang sesudahnya, ketiga Nabi Sulaiman saat berdoa di Masjidil Aqsa adalah mohon agar siapapun yang shalat di Masjidil Aqsa dibersihkan dari segala dosa. Dan semua Doa itu Allah Ta’ala kabulkan.

Jejak para nabi Allah berikutnya yang mendiami Tanah Palestina adalah Nabi Zakaria, Nabi Yahya,  dan Nabi Isa yang diutus kepada Bani Israil yang tinggal di Baitul Maqdis, Palestina.

Adapun Nabi Muhammad, Meskipun tidak lahir dan tinggal di Palestina, beliau memiliki hubungan spiritual yang sangat kuat dengan tanah suci ini, terutama melalui Isra’ Mi’raj dan peran Masjid Al-Aqsa sebagai kiblat pertama umat Islam.

Beberapa hubungan erat Nabi Muhammad dengan Al-Aqsa antara lain, Rasulullah diangkat dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) sebelum naik ke langit dalam peristiwa Isra Mi’raj. Masjid Al Aqsha juga merupakan kiblat pertama Umat Islam, dalam Shahih Bukhari disebutkan Nabi SAW sholat menghadap Baitul Maqdis selama 16 atau 17 Bulan, kemudian arah Kiblat menghadap Ka’bah. Sebelum diperintahkan menghadap Ka’bah di Makkah, umat Islam melaksanakan shalat menghadap ke Masjid Al-Aqsa.

Baca Juga: 9 Kiat Mudik Aman

Rasulullah SAW menegaskan pentingnya Masjid Al Aqsha sebagai salah satu dari tiga masjid yang diperbolehkan untuk dikunjungi dengan niat Ibadah, Nabi SAW bersabda, “tidak boleh berangkat (untuk beribadah), kecuali ke tiga masjid, Yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjid  Al Aqsa.” (Shahih Bukhari).

Dalam banyak hadits – hadits tentang fitnah dan peristiwa akhir zaman, Nabi SAW menyebutkan bahwa Palestina akan memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa, termasuk turunnya Nabi Isa bin Maryam di Akhir Zaman, membunuh Dajjal di salah satu kota Palestina, dan tentungan kembalinya Baitul Maqdis (Masjid Al Aqsa) ke pangkuan Muslimin.

Itulah Palestina yang di dalamnya ada masjid Suci Baitul Maqdis, banyak Nabi lahir, tinggal, berdakwah, wafat dan dimakamkan di tanah suci tersebut. Palestina bumi Syam adalah tanah para Nabi yang akan menjadi saksi perjuangan murni umat Islam di akhir Zaman. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Akhlak Rasulullah sebagai Teladan Kehidupan

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
Kolom