Al-Quds, MINA – Jelang perayaan Tahun Baru Yahudi alias Rosh Hashanah berdampak pada situasi di Masjid Al-Aqsa. kompleks suci umat Islam, dengan diadakannya pembatasan pada ummat Islam, pengepungan dan peningkatan keberadaan pasukan pendudukan Israel.
Wakil Direktur Jenderal Wakaf Islam di Yerusalem yang Diduduki, Najeh Bakirat mengajak umat Muslim untuk mengakhiri pengepungan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Kota Tua Yerusalem.
“Perlindungan situs-situs suci ini dari rencana pendudukan Israel selama hari raya Yahudi. menekankan bahwa Masjid Al-Aqsa sedang mengalami perang yang terbuka,” tegas Bakirat.
“Kita dihadapkan pada dilema yang signifikan, sebuah pertempuran yang tidak seimbang di mana pendudukan Israel memiliki senjata, tentara, otoritas dan semua elemen penindasan dan tirani,” ujar Bakirat dikutip Days of Palestine, Ahad (17/9).
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Pihaknya disebut telah melakukan perlawanan terhadap lembaga-lembaga ekstremis Israel, baik di dalam atau di luar kota, yang bersatu untuk melawan, mematahkan semangat dan melemahkan kekuatan mereka, serta membubarkan upaya yang dikerahkan.
Bakirat menggarisbawahi bahwa setiap kali warga Yerusalem mencoba untuk menghadapi rencana pendudukan dan perang, kelompok lain secara terbuka datang untuk melawan mereka.
Pasukan ini dimunculkan sebagai upaya menguras tenaga masyarakat Palestina, dengan membatasi akses mereka ke Al-Aqsa dan Kota Tua. Hal ini berdampak pada pendidikan, ekonomi dan perumahan mereka.
Prioritas mendesaknya yang ia gaungkan adalah mencabut pengepungan Israel yang diberlakukan terhadap Al-Aqsa dan penduduk Yerusalem.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Pendudukan Israel, ujar dia, tidak berhenti mengejar warga Yerusalem dalam aspek kehidupan. Bahkan, mereka mengenakan denda pada ratusan ribu kendaraan yang datang ke Kota Tua dan Al-Aqsa.
Mereka juga menargetkan perempuan Yerusalem yang menjual barang di dekat Gerbang Al-Amoud, bahkan menyita barang dagangan mereka. Ketika persiapan Tahun Baru Yahudi (“Rosh Hashanah”) sedang berlangsung, polisi Israel telah mengubah Yerusalem menjadi garnisun militer.
Ribuan petugas Israel dan unit khusus dikerahkan di kota tersebut. Tidak ketinggalan penghalang besi dipasang di pintu masuk Masjid Al-Aqsa dan Kota Tua.
Kelompok yang disebut “Temple Mount” merencanakan serangan massal ke Masjid Al-Aqsa pada hari Ahad berikutnya, untuk menandai “Rosh Hashanah.” Serangan ini biasanya mencakup ritual Talmud dan upaya meniup shofar (tanduk domba jantan) di dalam masjid.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Bakirat menekankan, pemindahan hari raya Yahudi ke Al-Aqsa dan Kota Tua, bersamaan dengan penyembahan sapi kurban (“Sapi Merah”), pendirian model kuil di kawasan Istana Bani Umayyah, pembangunan terowongan, serta proyek Yudaisasi lainnya merupakan bagian dari persiapan pembangunan apa yang disebut “Kuil Ketiga” di lokasi Masjid Al-Aqsa.
Kecuali pengepungan terhadap Al-Aqsa dicabut dan dukungan praktis diberikan untuk Yerusalem dan penduduknya, setiap pihak disebut akan menyaksikan perpecahan di masjid yang diberkati tersebut.
“Sudah waktunya bagi dunia untuk mendengarkan kami dan bertindak segera untuk menyelamatkan Al-Aqsa dari proyek-proyek Israel,” kata dia.
Ia menegaskan ketahanan dan tekad rakyat Palestina, untuk melawan pendudukan dan menggagalkan rencana mereka. (R/R4/P1)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)