Canberra, MINA – Rakyat Australia kini semakin tidak percaya bahwa para politisi akan mampu memperbaiki perekonomian, di tengah persiapan parpol menyambut pemilu 18 Mei 2019 mendatang.
Hal itu terungkap dalam dari survei paling lengkap mengenai pemilu dan sikap pemilih yang digelar The Australian Election Study, demikian laporan ABC News Indonesia yang dikutip MINA, Sabtu (13/4).
Kecenderungan ini jelas menjadi kekhawatiran para pemimpin parpol, baik dari pemerintah maupun oposisi, yang menjanjikan pihaknya sebagai yang paling dipercaya dalam mengurusi perekonomian.
Peneliti dari Australian National University Jill Sheppard mempersiapkan survei tersebut dan menyebutkan sejumlah masalah penting yang akan jadi perhatian.
Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok
Ketika mengumumkan pada Kamis (11/4) pagi bahwa pemilu akan diselenggarakan 18 Mei, Perdana Menteri Scott Morrison melontarkan pertanyaan “siapa yang lebih dipercaya dalam memperkuat perekonomian”.
Menurut survei dalam pemilu sebelumnya, dari lebih 12 ribu pemilih, dua pertiga mengatakan pemerintah “tidak membuat banyak perbedaan” terhadap keuangan negara selama setahun sebelumnya.
Ini adalah angka tertinggi selama ini dalam survei.
“Pemilih yang percaya soal ekonomi, cenderung memilih Partai Liberal, dan mereka yang mementingkan soal kesehatan, pendidikan dan ketimpangan sosial, mereka memilih Partai Buruh,” kata Dr Sheppard.
Baca Juga: Puan Maharani Ajak Parlemen Asia Tolak Relokasi Penduduk Gaza
“Tetapi bila orang tidak percaya bahwa pemerintah bisa memperbaiki ekonomi, maka Partai Liberal harus berjuang lebih keras meyakinkan warga,” katanya.
Hanya satu dari empat warga Australia menyatakan bahwa mereka yang berada di pemerintahan bisa dipercaya.
“Kurangnya rasa ingin tahu dan juga kurangnya reaksi warga terhadap pemerintah itu mengkhawatirkan,” kata Dr Sheppard.
“Tetapi ini sesuatu yang bisa diperbaiki oleh partai, dan mereka mungkin akan memperbaikinya selama lima sampai 10 tahun ke depan, jadi kita tidak perlu khawatir dengan struktur demokrasi.”
Baca Juga: Belasan Orang Tewas karena Desak-Desakan di Stasiun New Delhi
Minat pada Debat Politik
Debat yang menampilkan para pemimpin partai bicara berapi-api sering menjadi bagian dari kampanye.
Namun menurut Dr Sheppard, hanya sedikit sekali pemilih yang menonton langsung debat politik.
Dia mengatakan debat itu kebanyakan untuk konsumsi pengamat politik dan pentingnya kemenangan debat untuk bisa mempengaruhi pemilih terlalu dibesar-besarkan.
Baca Juga: Indonesia Protes Insiden Penembakan WNI oleh Otoritas Malaysia di Komisi HAM ASEAN
“Kita tidaklah akan mengubah pilihan berdasarkan apa yang terjadi selama masa kampanye, kebanyakan pemilih sudah memutuskan pilihan sebelum itu,” kata Dr Sheppard.
Pemilu Online Pertama
Pemilu Australia 2019 ini mungkin menjadi pemilu pertama dimana warga mengikuti perkembangan lewat internet dibandingkan televisi.
Ini adalah perkembangan baru, namun Dr Sheppard mengatakan dominasi media online di Australia saat ini tidak bisa diremehkan begitu saja.
Baca Juga: Korea Utara Kutuk Rencana Trump Kuasai Gaza: “Tindakan Kejam dan Perampasan”
“Bukan berarti kita akan mengikuti kampanye lewat internet atau media sosial, tapi kita akan melihat berita pemilu online sesuai kehendak kita sendiri,” katanya.
Perpindahan Suara Pemilih
Berpindah suara bagi pemiih tradisional sebenarnya jarang terjadi dalam pemilu di Australia walau fenomena ini sekarang meningkat.
Bila kecenderungan itu berlanjut maka di tahun 2019 akan lebih banyak pemilih memilih partai baru dibandingkan mereka yang memilih partai yang sama seperti pemilu sebelumnya.
Baca Juga: Bangladesh Tahan 33 Warga Rohingya Saat Lintasi Perbatasan untuk Cari Perlindungan
“Lebih kecil kemungkinan memilih partai pilihan orangtua kita, dan mereka cenderung yang menentukan pilihan kita sebelumnya,” kata Dr Sheppard.(T/R01/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Longsor di China, Puluhan Orang Tertimbun