Tel Aviv, MINA – Mayor Jenderal Ori Gordin baru saja selesai dalam tugasnya sebagai Panglima Komando Front Dalam Negeri Israel, yang bertanggung jawab memperkuat jaringan sistem peringatan dini dan tempat perlindungan jika terjadi serangan roket.
Dikutip dari Nahar Net, Gordin akan segera mengambil alih Komando Utara, menempatkannya di garis depan dalam upaya Israel menghadapi kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon.
Pada saat ketegangan meningkat, Hizbullah Lebanon diyakini memiliki puluhan ribu roket dan rudal yang mampu menyerang wilayah Israel di mana saja.
Bagi Gordin, peran barunya adalah menjauhkan Hizbullah dan memastikan bahwa pertempuran di masa depan “tidak mencapai front sipil.”
Baca Juga: Aleppo dan Idlib Memanas, Tentara Suriah Jamin Keselamatan Warga Sipil
Ia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media, “tidak ada keraguan” bahwa Israel tetap menjadi pihak yang lebih kuat namun Hizbullah tetap merupakan musuh yang kuat.
“Itu bisa menimbulkan kerusakan yang signifikan. Saya harus mengatakan itu,” katanya.
Komando Utara dianggap sebagai salah satu tugas paling bergengsi — dan menantang — di militer Israel. Ini tidak hanya mencakup perbatasan yang tegang dengan Lebanon, tetapi juga serangkaian pasukan yang didukung Iran dan Iran di negara tetangga Suriah. Hizbullah yang didukung Iran dianggap sebagai jantung dari ancaman tersebut.
Selama berbulan-bulan, Hizbullah telah mengancam akan menyerang platform gas alam Israel di Laut Mediterania ketika Israel dan pemerintah Lebanon melakukan negosiasi yang ditengahi AS atas perbatasan laut mereka yang disengketakan. Pada bulan Juli, Israel menembak jatuh tiga drone pengintai yang diluncurkan oleh Hizbullah menuju ladang gas.
Baca Juga: Hezbollah Nyatakan Kemenangan Pasca Gencatan Senjata dengan Israel
Dalam perang 2006, Hizbullah memerangi Israel hingga menemui jalan buntu dalam sebulan pertempuran yang berakhir dengan gencatan senjata PBB. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Langgar Gencatan Senjata Lebanon