Khartoum, MINA – Panglima Tertinggi Sudan, Jendral Abdel Fattah Al-Burhan, berjanji akan mengadakan pemilihan umum yang bebas dalam pidatonya pada hari Jumat (31/12), menyusul tewasnya lima demonstran anti pemerintahan militer dan ratusan lainnya terluka pada awal pekan lalu.
Burhan mengatakan dalam pidatonya bahwa dia berkomitmen untuk “membangun semua lembaga pemerintahan transisi dan mengadakan pemilihan umum yang bebas, adil, dan transparan pada waktu yang dijadwalkan,” yaitu Juli 2023,The New Arab melaporkan.
“Mencapai harmoni terjadi melalui penerimaan dialog yang serius, terbuka untuk semua… satu-satunya cara untuk berkuasa adalah mandat rakyat yang diberikan melalui pemilihan umum,” kata sang jenderal.
Burhan memimpin Dewan Kedaulatan Transisi Sudan mulai 2019 setelah, menggulingkan perdana menteri sipil negara itu, Abdulla Hamdok, dalam kudeta Oktober lalu.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Hamdok kemudian dipulihkan setelah demonstrasi antikudeta yang meluas dan tekanan internasional, tetapi protes terus berlanjut, menuntut diakhirinya kekuasaan militer di Sudan.
Sementara aktivis sipil menolak untuk mengakui perjanjian yang Hamdok tandatangani dengan militer dan bersumpah untuk melanjutkan protes.
Komite Dokter Sudan, yang berafiliasi dengan gerakan protes, mengatakan bahwa seorang pengunjuk rasa meninggal karena luka-lukanya pada hari Jumat, tidak lama setelah terkena tabung gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan keamanan pada hari sebelumnya.
Ini menjadikan jumlah total orang yang tewas sejak kudeta Oktober menjadi 53 orang. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa