Kyodo, 5 Ramadhan 1436/22 Juni 2015 (MINA) – Pemerintah Jepang secara resmi mengumumkan, Sabtu (20/6), menyediakan pengiriman bantuan senilai 3,5 juta Dolar AS (sekitar 46,6 miliar rupiah) dalam bentuk bantuan hibah darurat untuk membantu pengungsi Rohingya.
Bantuan Jepang itu terutama bagi Muslim Rohingya yang meninggalkan Myanmar dan menjadi manusia perahu di tengah laut hingga terdampar di beberapa negara.
“Sehubungan dengan kondisi pengungsi tidak tetap, termasuk perempuan dan anak-anak yang mencoba menyeberangi Samudera Hindia, maka Jepang telah memutuskan untuk memberikan bantuan senilai 3,5 juta Dolar AS melalui IOM dan UNHCR,” kata Menteri Luar Negeri Fumio Kishida dalam pidato pada seminar sehari di Universitas PBB di Tokyo, laporan Japan Times, Sabtu (20/6).
IOM (International Organization for Migration) adalah Organisasi Internasional untuk Migrasi dan UNHCR (The United Nations High Commissioner for Refugees) adalah Komisi Tinggi PBB untuk urusan Pengungsi.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
“Ini merupakan bantuan keuangan Jepang pertama sehubungan dengan krisis kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya di Myanmar, yang telah melarikan diri karena diskriminasi dan penganiayaan di negaranya,” tambah Kishida.
Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan, bantuan tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal dan kesehatan para pengungsi yang terdampar di beberapa negara Asia Tenggara.
Jepang telah aktif terlibat dalam pemberian bantuan kemanusiaan ke negara-negara Asia Tenggara, dan membantu mengampanyekan perdamaian di kawasan itu, kata pejabat Jepang.
Berbicara di depan para pejabat pemerintah dan akademisi yang disponsori oleh Seminar Tingkat Tinggi untuk Perdamaian serta Rekonsiliasi Nasional dan Demokratisasi di Asia, Kishida mengatakan Jepang akan terus memainkan peran dalam upaya perdamaian di daerah konflik di bagian lain di Asia.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
“Jepang tidak harus menjadi satu-satunya negara yang mengusung perdamaian. Sebab manfaat hubungan damai dan ramah di seluruh wilayah dan seluruh dunia, dapat terus terbangun secara lebih lama,” katanya.
Memperhatikan pentingnya penegakan demokrasi, kebebasan, hak asasi manusia dan keragaman, Kishida mengatakan, “Kita harus mencegah penyebaran pandangan ekstremis di kawasan Asia.”
Peserta pada konferensi juga berupaya membahas tantangan masa depan di Asia dalam hal perdamaian dan proses rekonsiliasi nasional, seperti di Pulau Mindanao Filipina selatan, serta Myanmar dan Kamboja. (T/P4/R05)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)