Berlin, MINA – Pemerintah Jerman dan Belanda mendesak warganya untuk segera meninggalkan Libanon pada Rabu, sehari setelah Kanada mengeluarkan peringatan serupa sehubungan dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah.
Situs web Kementerian Luar Negeri Jerman, auswaertiges-amt.de pada Kamis (27/6) menyatakan bahwa “situasi keamanan di kawasan Libanon sangat tidak stabil, karena bentrokan di sepanjang perbatasan Israel-Libanon semakin meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
“Eskalasi situasi lebih lanjut dan perluasan konflik tidak dapat dikesampingkan,” lanjut peringatan perjalanan tersebut.
Peringatan Jerman untuk warganya itu berlaku khususnya di bagian selatan Lebanon, termasuk wilayah perkotaan selatan Beirut, dan Lembah Bekaa, dan distrik Baalbek-Hermel.
Baca Juga: Uni Eropa Berpotensi Embargo Senjata ke Israel Usai Surat Penangkapan ICC Keluar
Pemerintah Jerman prihatin dengan meningkatnya kekerasan di perbatasan utara dan menekankan bahwa mitra internasional terus bekerja keras untuk menemukan solusi yang dapat mencegah lebih banyak penderitaan. Risiko eskalasi yang tidak disengaja dan perang besar-besaran semakin meningkat dari hari ke hari.
Sejak tanggal 8 Oktober, pasukan pimpinan Hizbullah hampir setiap hari menyerang komunitas dan pos militer Israel di sepanjang perbatasan. Hizbullah mengatakan bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendukung Gaza di tengah perang di sana.
Sejauh ini, bentrokan di perbatasan telah mengakibatkan 10 kematian warga sipil di pihak Israel, serta tewasnya 15 tentara dan cadangan Pasukan Pertahanan Israel. Ada juga beberapa serangan dari Suriah, tanpa ada korban jiwa.
Israel mengatakan bahwa meskipun mereka berharap masalah ini dapat diselesaikan melalui perjanjian diplomatik, Israel siap menghadapi semua skenario, termasuk serangan besar-besaran IDF untuk mengusir kelompok teror yang didukung Iran dari perbatasan.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Seperti Jerman, Belanda mengulangi seruannya agar warga negaranya meninggalkan Lebanon sejak Selasa yang lalu.[]
Mi’raj News Agency (MINA)