Jet-jet Tempur Pemerintah Suriah Bombardir Distrik Pemberontak

Damaskus, 11 Jumadil Awwal 1438/9 Februari 2017 (MINA) – Jet- pemerintah telah membombardir distrik Homs yang dikuasai di barat negeri ini, menewaskan beberapa orang, kata para petugas penyelamat dan sebuah kelompok monitoring.

Sebuah media yang pro-pemerintah mengatakan di Damaskus, Kamis (9/2) jet-jet tempur Suriah menyasar para pemberontak di wilayah al-Waer setelah pesawat-pesawat itu membombardir daerah-daerah sipil di Homs yang dikuasai pemerintah.

Al-Waer sudah beberapa bulan ini dibombardir oleh angkatan udara Suriah dan Rusia seperti yang dialami oleh wilayah-wilayah lain termasuk propinsi Idlib  yang dikuasai oleh lawan-lawan Presiden Bashar al-Assad.

Observatori Hak Manusia Suriah yang berkedudukan di Inggris (SOHR) mengatakan, sedikitnya sembilan orang tewas dan bombardir yang dilakukan oleh pemerintah itu.

Pertahanan Sipil Suriah (SCD), suatu organisasi penyelamatan yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak, tidak memberikan jumlah korban yang pasti, tetapi menyebutkan dalam halaman Facebooknya bahwa al-Waer telah diserang, seorang staf terluka dan mengakibatkan beberapa orang tewas termasuk wanita dan anak-anak.

Seorang aktivis oposisi di al-Waer, yang menyebut namanya Osama Abu-Zeid mengatakan kepada Kantor Berita Reuters, serangan ini dilakukan berbulan-bulan sejak bombardir besar-besaran terakhir atas wilayah itu. “Kemarin serangan tiba-tiba saja meningkat.”

Sebuah media militer yang dikelola oleh sekutu Assad dari Lebanon, Hezbollah menyebutkan, angkatan udara telah menembakkan roket-roket dan pesawat-pesawat tempur melancarkan tiga kali serangan terhadap para pemberontak di al-Waer, yang dituduh melanggar genjatan senjata di beberapa wilayah di barat Suriah.

SOHR melaporkan, sedikitnya satu orang cedera akibat roket-roket yang jatuh di wilayah Abbasiya di Homs yang dikuasai pemerintah.

Pemerintah Suriah telah berusaha untuk mencapai kesepakatan di al-Waer agar para pejuang dan keluarganya meninggalkan distrik itu dan diambil alih oleh pemerintah.

Berdasarkan kesepakatan serupa di daerah-daerah lain di barat Suriah, para pemberontak pergi dengan membawa senjata-senjata ringan, sebagian besar menuju Idlib.

Assad seperti dikutip kantor berita pemerintah Suriah, SANA mengatakan hari Rabu (8/2), kesepakatan-kesepakatan lokal “sangat efektif untuk mengakhiri perang dan mengarah ke suatu solusi politik.”

Strategi pemerintah

Menurut pihak oposisi, kesepakatan-kesepakatan seperti itu merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk secara paksa memindahkan penduduk dari daerah-daerah yang dikuasai oposisi setelah bertahun-tahun dikepung dan dibombardir.

September lalu, sekitar 120 pejuang oposisi dan keluarganya meninggalkan al-Waer setelah bersepakat dengan pemerintah, tetapi tidak ada lagi laporan tentang para pemberontak yang pergi dari daerah tersebut. SOHR memperkirakan, beberapa ribu pemberontak masih berada di distrik tersebut.

Gencatan senjata yang diprakarsai oleh Rusia dan didukung Assad serta Turki, diberlakukan mulai 30 Desember lalu. Gencatan senjata itu rentan sejak awal, karena pihak pemerintah dan kaum pemberontak saling menuduh melakukan pelanggaran.

Gencatan senjata tidak mencakup kelompok Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) atau al-Qaeda-yang terkait dengan para pemberontak.

Hari Rabu (8/2) SANA melaporkan, serangan oleh kaum pemberontak ke kota Aleppo di selatan Suriah, paling tidak menewaskan dua orang. Sementara Palang Merah Suriah menyebutkan, empat dari relawannya cedera, satu orang kritis ketika mereka membagikan bantuan di distrik Hamdaniya.

Pasukan pemerintah memaksa para pemberontak keluar dari distrik-distrik terakhir yang mereka kuasai di  Aleppo bulan Desember dalam suatu kemenangan besar bagi kubu Assad. Sejak itu serangan beberapa kali terjadi terhadap kota tersebut.

Kantor berita Turki, Anadolu hari Rabu juga melaporkan, dua tentara Turki tewas dalam pertempuran dengan ISIL yang juga dikenal dengan nama ISIS, di selatan Suriah.

Seorang pejabat Turki membenarkan bahwa dua tentara Turki lainnya telah tewas dan 58 pemberontak ISIL  “dinetralisir” dalam operasi militer Euphrates Shield. Para pejabat Turki menggunakan istilah “dinetralisir” yang berarti menyerah, ditangkap atau tewas.

Suatu operasi militer dilancarkan Selasa (7/2) malam untuk merebut Al-Bab. Sebagai hasil  operasi itu, para pejuang Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) yang didukung militer Turki berhasil merebut beberapa bukit strategis. Operasi Euphrates Shield dimulai akhir Augustus 2016.  (RS1/P1)

Sumber: Al Jazeera

Miraj Islamic News Agency/MINA

Wartawan: illa

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.