Sana’a, MINA – Militer Amerika Serikat bersama Inggris dan sejumlah negara lainnya kembali mengggempur kelompok Houthi di Yaman, Jumat dini hari (13/1).
Laporan dari Yaman mengenai serangan baru yang dilakukan pasukan pimpinan AS terhadap sasaran Houthi menandai malam kedua serangan negara-negara Barat di tengah serangan di Laut Merah.
Ledakan terdengar saat ibu kota Yaman dibom pada malam kedua, Mohammed al-Attab dari Al Jazeera, melaporkan dari ibu kota Yaman, Sana.
Ia mengatakan: “Saya mendengar ledakan ini dan banyak orang berbicara di media sosial bahwa mereka mendengar ledakan dahsyat di ibu kota Sanaa.”
Baca Juga: Demonstran Pro-Palestina di Kanada Bakar Patung Netanyahu
“Sumber media Houthi menyebutkan bahwa Inggris dan AS, sekali lagi, mengebom ibu kota Sanaa.” “Ini terjadi setelah serangkaian pemboman yang terjadi kemarin malam.”
“Menurut juru bicara militer Houthi, dia mengatakan lebih dari 73 pemboman telah dilakukan selama 48 jam terakhir, yang mengakibatkan terbunuhnya dan cederanya sejumlah orang. Setidaknya lima orang disebutkan tewas.”
“Houthi telah mengancam bahwa mereka akan melanjutkan operasi mereka di Laut Merah untuk mencegah lewatnya kapal-kapal menuju pelabuhan laut Israel.”
Pejabat AS mengonfirmasi serangan baru terhadap pasukan Houthi di Yaman, dengan mengutip dua pejabat AS yang mengonfirmasi bahwa militer AS telah melancarkan serangan baru terhadap sasaran Houthi di Yaman.
Baca Juga: Kapal Wisata Mesir Tenggelam di Laut Merah, 17 Penumpang Hilang
Para pejabat, yang berbicara tanpa menyebut nama, menolak memberikan rincian lebih lanjut.
Menurut saluran TV Al-Masirah, yang berafiliasi dengan kelompok Houthi, ibu kota Yaman, Sanaa, telah menjadi sasaran ‘agresi Amerika’.
Secara terpisah, kantor berita Saba, yang juga berafiliasi dengan Houthi, melaporkan bahwa pesawat AS dan Inggris melakukan serangan udara di provinsi Sanaa dan Al Hudaydah, Sa’ada dan Dhamar. (T/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dokter Palestina Kumpulkan Dana untuk Pendidikan Kedokteran di Gaza
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas